Kompak Naikkan Bunga, Rupiah Cs Bertahan dari Amukan Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 September 2018 12:40
Kenaikan Suku Bunga Selamatkan Asia
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Beawiharta)
Sejatinya dolar AS masih lumayan kuat. Pada pukul 12:17 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. 

Laju dolar AS masih lancar karena pelumas kenaikan suku bunga acuan. Kemarin, The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% atau median 2,125%.  

Tidak berhenti sampai di situ, The Fed juga kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga pada Desember. Menurut CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga 25 bps pada rapat The Fed 19 Desember mencapai 79,2%. 

Perkembangan ini membuat dolar AS dan aset-aset berbasis mata uang ini (terutama yang berpendapatan tetap) menjadi semakin seksi. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di AS ikut terdongkrak. 

Namun, ternyata kebijakan The Fed kurang bergaung di Asia. Sebab, mengikuti langkah The Fed, bank-bank sentral di Benua Kuning juga mengetatkan kebijakan moneter. 

Kemarin, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 bps ke 5,75%. Kebijakan ini kurang mendapat respons pada perdagangan kemarin, tetapi hari ini sepertinya mulai terasa. 

Arus modal masuk ke pasar keuangan Indonesia, karena investor mengharapkan cuan yang lebih. Di pasar obligasi pemerintah, masuknya aliran dana terlihat dari penurunan imbal hasil (yield). Pada pukul 12:23 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 3 tahun turun 3,3 bps, kemudian 5 tahun turun 1,6 bps, 15 tahun turun 1,4 bps, dan 20 tahun turun 3 bps. 

Tidak hanya di pasar obligasi, arus modal juga menyasar pasar saham. Pada penutupan perdagangan Sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,33%. Investor asing cukup berperan dalam penguatan ini dengan beli bersih Rp 271,8 miliar. 

Indonesia bukan satu-satunya yang menaikkan suku bunga acuan. Bank Sentral Filipina (BSP) juga menaikkan suku bunga acuan 50 bps ke 4,5%. Demikian pula Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) yang mengerek suku bunga acuan 25 bps ke 2,5%.  

Sedangkan Bank Sentral India (RBI) baru melakukan rapat pekan depan. Namun sepertinya RBI akan mengikuti jejak para koleganya dengan menaikkan suku bunga. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan RBI akan menaikkan suku bunga 25 bps ke 6,75%.  

Oleh karena itu, mata uang Asia masih mampu bertahan di tengah keperkasaan dolar AS. Kebijakan bank sentral Benua Kuning yang hawish bin agresif bisa menarik minat investor sehingga mata uang masih mampu menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular