Masih Lesu di Kurs Acuan, Rupiah Bangkit di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 September 2018 10:51

Penguatan dolar AS masih terjadi, tetapi semakin terbatas. Pada pukul 10:26 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) masih menguat 0,07%.
Dolar AS masih mendapat dorongan dari keputusan The Federal Reserve/The Fed yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%. Kebijakan ini membuat berinvestasi di AS menjadi semakin menarik, karena menawarkan imbalan lebih. Arus modal masih masuk ke dolar AS sehingga mata uang ini mampu terapresiasi.
Namun, sepertinya dolar AS tidak bisa bicara banyak di Asia. Sebab, investor di Benua Kuning sudah agak lama pelaku pasar memperkirakan ada kenaikan Federal Funds Rate pada September, bahkan terjadi lagi pada Desember.
Kebijakan The Fed yang sudah terkalkulasi alias priced-in ini membuat penguatan dolar AS di Asia tertahan. Arus modal masih bersedia masuk ke pasar keuangan Benua Kuning, sehingga sejumlah mata uang di Asia bisa menguat.
Dari dalam negeri, rupiah juga terbantu oleh keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 bps. Kemarin, langkah ini minim direspons pasar tetapi hari ini sepertinya sudah mulai berdampak.
Kenaikan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate membuat imbalan berinvestasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) meningkat. Ini sudah terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah sejumlah tenor.
Pada pukul 10:42 WIB, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 3 tahun turun 3,3 bps. Kemudian untuk tenor 5 tahun turun 1,6 bps, tenor 15 tahun turun 1,4 bps, dan tenor 20 tahun turun 3 bps. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena maraknya permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS masih mendapat dorongan dari keputusan The Federal Reserve/The Fed yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%. Kebijakan ini membuat berinvestasi di AS menjadi semakin menarik, karena menawarkan imbalan lebih. Arus modal masih masuk ke dolar AS sehingga mata uang ini mampu terapresiasi.
Namun, sepertinya dolar AS tidak bisa bicara banyak di Asia. Sebab, investor di Benua Kuning sudah agak lama pelaku pasar memperkirakan ada kenaikan Federal Funds Rate pada September, bahkan terjadi lagi pada Desember.
Dari dalam negeri, rupiah juga terbantu oleh keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 bps. Kemarin, langkah ini minim direspons pasar tetapi hari ini sepertinya sudah mulai berdampak.
Kenaikan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate membuat imbalan berinvestasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) meningkat. Ini sudah terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah sejumlah tenor.
Pada pukul 10:42 WIB, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 3 tahun turun 3,3 bps. Kemudian untuk tenor 5 tahun turun 1,6 bps, tenor 15 tahun turun 1,4 bps, dan tenor 20 tahun turun 3 bps. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena maraknya permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular