Fokus ke Segmen Mikro, BRI Tak Terganggu Pelemahan Rupiah

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
28 September 2018 10:04
Laba bersih BCA senilai Rp 14,93 triliun pada semester I-2018.
Foto: dokumentasi BRI
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat  Indonesia Tbk (BBRI) mencatat kondisi yang tetap prima meski kondisi global dan domestik cenderung volatil. Hal tersebut tercermin di dalam kinerja keuangan perseroan pada semester I tahun ini.

Pada periode ini, perseroan mencatat laba bersih senilai Rp 14,93 triliun pada semester I-2018 atau periode 30 Juni 2018. Angka tersebut mengalami kenaikan 11% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2017 yang yakni Rp 13,44 triliun.

Kenaikan laba bersih perseroan ditopang dari pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 38,24 triliun di 30 Juni 2018 atau naik dari periode yang sama di 2017 yang hanya sebesar Rp 35,91 triliun.

"BBRI saat ini mempunyai nasbah lebih dari 80 juta nasabah baik dana simpanan dan tidak. Jadi kami punya konvensional outlet dari kantor pusat, wilayah, kantor cabang pembantu sampai BRI Unit 1.900 kantor dan memiliki jaringan channel. Jadi kami memiliki kekuatan disitu, " ujar Achmad Royadi Head of Investor Relations, di Hotel Claro, Kamis (27/9/18).


Sejauh ini, meskipun perang dagang, kenaikan FFR, hingga kekhawatiran krisis Turki dilanjutkan pemaparan mengenai kondisi pelambatan ekonomi dalam negeri, BBRI juga masih mencatat performa yang cukup baik dalam industri perbankan Indoensia.

Tercatat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan pada semester I-2018 tercatat sebesar 2,33% jauh lebih rendah dari capaian industri yakni 2,67%. Selain itu biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) tercatat sebesar 70,50% dari capaian industri yakni 79,46%.

Sedangkan capital adequacy ratio (CAR) yang merupakan faktor utama bagi pertumbuhan usahanya yakni sebesar 20,13% dibandingkan rata-rata industri yakni 22,01%.

"BBRI didukung oleh permodalan CAR yaitu 20,13%, secara umum permodalan perbankan Indonesia yang terkuat saat ini. Jadi ini suatu keunggulan yang kami miliki," tambahnya.

Untuk posisi Juni 2018, tercatat pertumbuhan simpanan Bank BRI (8.5%) year on year (YoY) lebih tinggi dari pertumbuhan simpanan industri (7.0% ) YoY.

Untuk mendanai pertumbuhan kredit Bank BRI yang cukup tinggi, tidak hanya ditopang dari pertumbuhan simpanan namun juga dari non simpanan seperti penerbitan obligasi yang tercermin dari rasio Loan to Funding Ratio (LFR) yang masih pada level yang terjaga.

Selain itu, BBRI melakukan optimalisasi aset produktif, hal ini terlihat dari pertumbuhan total aset Bank BRI sebesar 11.6% namun total kredit dapat tumbuh lebih tinggi 15.2% YoY.

"Secara umum, pelemahan rupiah saat ini juga tidak berdampak besar bagi perseroan melihat komposisi BBRI lebih ke mikro dan menengah lebih dari 75%. Biasanya, kalau pelemahan rupiah itu terjadi pada komposisi pinjaman kepada korporasi yang lebih dari 75%," ungkap Achmad.

Sementara itu, perseroan juga berencana untuk menjadi perbankan yang memiliki nilai valuasi terbesar di Asia Tenggara pada 2022 mendatang.

Setidaknya, ada beberapa hal yang menjadi strategi perseroan kedepannya, diantaranya pertumbuhan dan pengembangan bisnis mikro, menjadi bank usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terbesar di Indonesia hingga menjaga keunggulan di segmen kredit pendapatan tetap.

"Kontribusi anak usaha hingga 5 tahun mendatang diharapkan kedepannya berkontribusi pada 10% pendapatan untuk BBRI dari saat ini yang masih 3%. Saat ini perseroan memiliki 5 anak perusahaan," ungkapnya di Hotel Claro, Kamis (27/9/18).



(roy) Next Article Telat Kirim Lapkeu, 68 Emiten "Dihukum" BEI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular