
Menanti Efek Obat Kuat BI, Rupiah Masih Ditekan SGD
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 September 2018 09:46

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah masih lesu di hadapan dolar Singapura pagi ini, meskipun kemarin Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya.
Pada Jumat (28/8/2018), pukul 09:17 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.903,11. Rupiah melemah tipis 0,04 % dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Sentimen penguatan dolar Singapura datang dari rilis data pertumbuhan kredit perbankan per Agustus 2018. Data Monetary Authority of Singapore (MAS) menunjukkan jumlah penyaluran kredit mencapai SG$ 669,9 miliar. Angka ini meningkat SG$ 2,4 miliar dibandingkan bulan Juli 2018.
Laju pertumbuhan kredit yang meningkat, bisa jadi persepsi jika perekonomian Singapura sedang bergairah. Terlebih saat terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China saat ini, yang bisa mengancam arus suplai perdagangan global.
Namun, pertumbuhan kredit yang menggeliat bisa pertimbangan investor untu lebih melirik pasar keuangan Negeri Merlion. Nyatanya, kenaikan indeks saham Singapura jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Pada pukul 09:27 WIB, Singapore Strait Times Index naik 0,66% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya 0,41%. Hal ini juga berlaku di obligasi pemerintah. Pergerakan yield obligasi pemerintah Singapura tenor 10 tahun turun ke 2,508% dari sebelumnya 2,513%.
Sementara obligasi pemerintah Indonesia justru naik ke level 8,219% dari sebelumnya 8,202%. Padahal kemarin, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Akan tetapi, hal tersebut belum cukup mendorong investor untuk masuk.
Pasar keuangan Singapura yang lebih diapresiasi mendorong penguatan dolar Singapura terhadap global, termasuk rupiah pagi ini.
Sementara itu, harga jual dolar Singapura di beberapa bank nasional telah naik dan menembus di atas Rp 11.000/SG$. Berikut data kurs dolar Singapura di empat bank utama nasional hingga pukul 09:37 WIB:
Pada Jumat (28/8/2018), pukul 09:17 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.903,11. Rupiah melemah tipis 0,04 % dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Laju pertumbuhan kredit yang meningkat, bisa jadi persepsi jika perekonomian Singapura sedang bergairah. Terlebih saat terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China saat ini, yang bisa mengancam arus suplai perdagangan global.
Namun, pertumbuhan kredit yang menggeliat bisa pertimbangan investor untu lebih melirik pasar keuangan Negeri Merlion. Nyatanya, kenaikan indeks saham Singapura jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Pada pukul 09:27 WIB, Singapore Strait Times Index naik 0,66% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya 0,41%. Hal ini juga berlaku di obligasi pemerintah. Pergerakan yield obligasi pemerintah Singapura tenor 10 tahun turun ke 2,508% dari sebelumnya 2,513%.
Sementara obligasi pemerintah Indonesia justru naik ke level 8,219% dari sebelumnya 8,202%. Padahal kemarin, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Akan tetapi, hal tersebut belum cukup mendorong investor untuk masuk.
Pasar keuangan Singapura yang lebih diapresiasi mendorong penguatan dolar Singapura terhadap global, termasuk rupiah pagi ini.
Sementara itu, harga jual dolar Singapura di beberapa bank nasional telah naik dan menembus di atas Rp 11.000/SG$. Berikut data kurs dolar Singapura di empat bank utama nasional hingga pukul 09:37 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.701,00 | Rp 11.022,00 |
Bank BNI | Rp 10.799,00 | Rp 11.059,00 |
Bank BRI | Rp 10.839,06 | Rp 10.991,19 |
Bank BCA | Rp 10.731,00 | Rp 10.985,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article Perang Dagang Reda Bikin Dolar Singapura Tekan Rupiah
Most Popular