Rupiah Sudah Jatuh 10%, Bagaimana Negara Tetangga?

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
26 September 2018 10:19
Rupiah Sudah Jatuh 10%, Bagaimana Negara Tetangga?
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini, sempat mencetak rekor terlemah sejak awal tahun, bahkan saat terjadinya krisis moneter di tahun 1998.

Hal ini terjadi saat pukul 08:30 WIB tadi, dimana nilai tukar rupiah di pasar spot menembus level Rp 14.940/US$. Namun seiring berjalannya waktu, pelemahan rupiah mulai berkurang dan saat ini berada di level Rp 14.930/US$.



Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 10%. Mata uang garuda tidak sendiri, mayoritas mata uang di negara kawasan ASEAN juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Namun sialnya, pelemahan rupiah merupakan yang terdalam kedua setelah Kyat Myanmar.



Rata-rata depresiasi mata uang negara ASEAN berada di level 1-3%. Depresiasi terendah dialami oleh riel kamboja dengan nilai pelemahan sekitar 1,04%. Sementara mata uang Baht Thailand berbeda sendiri, karena mampu menguat meskipun hanya 0,31%.

Anjloknya mata uang Asean memang dipengaruhi faktor global, terutama arah kebijakan moneter di AS yang agresif. Seperti yang diketahui, di bawah kepemimpinan gubernur baru Jerome Powell, arah kebijakan Federal Reserve jadi lebih "galak" dari sebelumnya.

Sejak dilantik pada Februari 2018, powell sempat sesumbar untuk menaikkan suku bunga acuan hingga beberapa kali. Sikap tersebut menyikapi perekonomian di AS yang terus membaik, terutama sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden.

Ada dua indikator yang digunakan The Fed dalam mengukur inflasi sebagai parameter penentuan arah kebijakan moneter. Pertama, Core Personal Consumption Expenditure (PCE). Di tahun 2018, Core PCE telah tiga kali menembus level 2% atau sesuai target yang ditetapkan The Fed. Kenaikan PCE, mencerminkan tingkat pengeluaran masyarakat meningkat. Permintaan yang naik mengakibatkan kenaikan harga-harga barang di Negeri Paman Sam.

Kedua, tingkat upah rata-rata minimum. Pada tahun ini, tingkat upah rata-rata tumbuh 2-6-2,9% Year-on-Year (YoY). Bahkan, pada Agustus kemarin, tingkat upah rata-rata menembus rekor pertumbuhan tertinggi sejak Juni 2009. Kedua indikator tersebut, cukup menjadi pertimbangan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan guna mencegah perekonomian AS mengalami overheating.

Sejak awal tahun, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) hingga berada di rentang 1,75-2%.
Pada malam nanti, diperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin ke rentang 2-2,25%. Ini sesuai proyeksi Fed Watch yang meyakini hal tersebut dengan tingkat probabilitas mencapai 95%. Kondisi ini menyebabkan dolar AS perkasa tahun ini. Dolar index yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama telah menguat hingga 2,48% sejak awal tahun.

(NEXT)



Tidak hanya dari sisi global, kejatuhan rupiah juga disebabkan faktor defisit transaksi berjalan. Pada tahun ini, defisit transaksi berjalan telah menembus level 3% dari Produk Domestik Bruto atau tertinggi sejak kuartal II-2014
 
 
Bahkan kuartal III-2011, Indonesia belum lagi mengalami surplus transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan menggambarkan aliran valas yang keluar lebih banyak, dibandingkan yang bertahan di dalam negeri.
 
Akibatnya, rupiah pun goyang hingga menembus level Rp 14.900/US$. Situasi ini perlu disikapi lebih serius oleh pemerintah. Sebab sampai kapanpun, potensi pelemahan akan terus terjadi sampai kondisi defisit transaksi berjalan bisa dikurangi.
 
Depresiasi rupiah pada tahun ini yang menembus hingga 10% lebih, merupakan harga yang harus dibayar pemerintah akibat kondisi transaksi berjalan yang belum sembuh dari penyakit defisit tersebut.
 
 
 TIM RISET CNBC INDONESIA 


 
 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular