
Penjelasan Lengkap Bos BI Soal Keperkasaan Rupiah
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
21 September 2018 15:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo buka suara mengenai keperkasaan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, hingga akhirnya meninggalkan level psikologis Rp 14.900/US$.
Dalam beberapa hari terakhir, mata uang Garuda bukan hanya menguat di pasar spot, melainkan juga di kurs acuan. Bahkan pada siang ini, Jumat (21/9/2018), rupiah meninggalkan level Rp 14.800/US$.
Pada Jumat (21/9/2018) pukul 14:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp 14.795/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,30% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, Kamis (20/9/2018).
Di depan awak media, bos bank sentral itu pun menjabarkan berbagai faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah perkasa, serta memaparkan kondisi perekonomian nasional terkini.
Berikut penjelasan lengkap Perry Warjiyo :
Pertama, mengenai inflasi kalau kita lihat hasil dari survei pemantauan harga sampai minggu kedua bulan September diperkirakan bulan September masih deflasi -0,04 mtm. Kalau secara yoy 3,03 persen. Kalau kita biasanya melakukan estimasi, kita menghitung survei pemantauan harga minggu 1 dan minggu 2 pemantauan harga dari berbagai kota-kota besar, kemudian kita estimasi inflasi IHK bulan bersangkutan. Jadi yang tadi saya sampaikan -0,04 mtm itu estimasi IHK, deflasi bulan September. demikian juga dengan 3,03 yoy untuk deflasi IHK September.
Faktor deflasi, kecenderungan bahan bahan makanan masih cenderung turun. Daging, ayam, telur masih turun, beras juga stabil. Ini buktikan bahwa memang kebijakan yang ditempuh, khususnya dari penyediaan pasokan dan distribusi mlik pemerintah berjalan baik sehingga inflasi di Indonesia tetap rendah dan terkendali, stabil. Jadi makin diyakini target inflasi tahun ini 3,5 persen plus minus 1 persen itu akan tercapai bahkan kecenderungannya akan lebih rendah dari titik tengahnya, kecenderungannya seperti itu. Jadi terima kasih kepada pemerintah yang terus memastikan bahwa pasokan dan distribusi bahan, khususnya makanan terus terjaga.
Faktor kedua ekspektasi inflasi yang terjaga baik di tingkat konsumen, tingkat produsen maupun di tingkat kalangan ekonomi di pasar jadi ekspektasi inflasi terjaga.
Ketiga kebijakan kebiajkan sisi moneter, fiskal dan yang lain dalam kendalikan permintaan, tetap terjalan secara baik. Sekali lagi dalam konteks society ini kita tidak melihat bahwa dampak dari pelemahan nilai tukar itu berdampak pada harga. Terbukti bahwa perkembangan harga harga tetep terkendali dan akan rendah.
Kemudian kalau lihat perkembangan nilai tukar minggu ini, hari ini, dan dalam waktu beberapa ke depan kecenderungan nilai tukar rupiah stabil. Bahkan ada kecenderungan apresiasi atau menguat.
Tiga faktor yang bisa disampaikan mendukung penguatan untuk stabilnya nilai tukar rupiah.
Pertama bahwa risiko di pasar keuangan global mereda, baik terkait ketegangan perang dagang AS dan China, maupun di pasar keuangan. Bahkan sekarang banyak investor global termasuk fund manager besar melihat bahwa perang dagang tidak berdampak baik pada ekonomi AS. Sehingga mereka melihat mulai investasi ke berbagai emerging market. Investor-investor global melihat bahwa perang perdagangan tidak berdampak baik tidak hanya bagi eko global, tapi juga ekonomi AS. Jadi mereka mulai alokasikan portofolio yang tempo hari ditarik dari emerging market kembali ke emerging market.
Terlihat arus modal asing mulai masuk ke Indonesia. Tempo hari sebelum terjadi krisis Turki, sudah masuk dan karena Turki dan perang dagang, yang keluar sekarang sudah mulai masuk, meksipun dilihat belum besar. Moga- moga minggu depan kalau ada lelang SBN ada arus inflow ke SBN yang lebih besar. Sejauh ini yang masuk di pasar sekunder belum terlalu besar. Itu faktor pertama.
Kedua, confidence investor domestik dan global terhadap langkah kebijakan BI dan pemerintah cukup kuat. Jika dikomunikasi ke investor besar di Singapura, London, New York, mereka confidence ke ekonomi indonesia kuat. Apalagi melihat kebijakan-kebijakan yang ditempuh Indonesia.
Baik kebijakan moneter, preemptive, pendalaman pasar valas yang terus dilakukan, kebijakan fiskal yang prudent maupun langkah konkret pemerintah turunkan defisit transaksi berjalan dipandang langkah langkah yang terukur sehingga Indonesia dipandang punya prospek yang baik dan dibedakan dengan sejumlah negara emerging market. Oleh karena itu dalam kesempatan ini terimakasih kepada pemerintah, koordinasi pemerintah dan BI cukup kuat dan itu akan terus dilakukan.
Ketiga, eksportir dan pemilik valas semakin banyak menjual valas ke pasar sehingga tambah suplai dan demikian suplai valas di pasar itu besar dan karena itu disampaikan terimakasih kepada pengusaha yang memang terus menjual DHE (Devisa Hasil Ekspor) ke pasar valas, baik dari eksportir maupun pengusaha.
Termasuk kemarin pengusaha dari Jatim yang menjual valasnya ke pasar. Itu suatu upaya yang baik, oleh karena itu saya juga mengajak pengusaha untuk semakin banyak menjual valas di pasar sehingga rupiah semakin stabil. Semua ini sama-sama menjaga stabilitas ekonomi, karena ekonomi domestik kan cukup baik. Ekonomi tumbuh, konsumsinya terus meningkat, investasi meningkat, perbankan baik, semua baik.
Oleh karena itu tekanan dari global, kalau dihadapi bersama baik dari BI, pemerintah dan pengusaha, Insya Allah akan semakin memperkuat stabilitas dan semakin akan memperkuat ekonomi ke depan.
(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
Dalam beberapa hari terakhir, mata uang Garuda bukan hanya menguat di pasar spot, melainkan juga di kurs acuan. Bahkan pada siang ini, Jumat (21/9/2018), rupiah meninggalkan level Rp 14.800/US$.
Pada Jumat (21/9/2018) pukul 14:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp 14.795/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,30% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, Kamis (20/9/2018).
![]() |
Berikut penjelasan lengkap Perry Warjiyo :
Pertama, mengenai inflasi kalau kita lihat hasil dari survei pemantauan harga sampai minggu kedua bulan September diperkirakan bulan September masih deflasi -0,04 mtm. Kalau secara yoy 3,03 persen. Kalau kita biasanya melakukan estimasi, kita menghitung survei pemantauan harga minggu 1 dan minggu 2 pemantauan harga dari berbagai kota-kota besar, kemudian kita estimasi inflasi IHK bulan bersangkutan. Jadi yang tadi saya sampaikan -0,04 mtm itu estimasi IHK, deflasi bulan September. demikian juga dengan 3,03 yoy untuk deflasi IHK September.
Faktor deflasi, kecenderungan bahan bahan makanan masih cenderung turun. Daging, ayam, telur masih turun, beras juga stabil. Ini buktikan bahwa memang kebijakan yang ditempuh, khususnya dari penyediaan pasokan dan distribusi mlik pemerintah berjalan baik sehingga inflasi di Indonesia tetap rendah dan terkendali, stabil. Jadi makin diyakini target inflasi tahun ini 3,5 persen plus minus 1 persen itu akan tercapai bahkan kecenderungannya akan lebih rendah dari titik tengahnya, kecenderungannya seperti itu. Jadi terima kasih kepada pemerintah yang terus memastikan bahwa pasokan dan distribusi bahan, khususnya makanan terus terjaga.
Faktor kedua ekspektasi inflasi yang terjaga baik di tingkat konsumen, tingkat produsen maupun di tingkat kalangan ekonomi di pasar jadi ekspektasi inflasi terjaga.
Ketiga kebijakan kebiajkan sisi moneter, fiskal dan yang lain dalam kendalikan permintaan, tetap terjalan secara baik. Sekali lagi dalam konteks society ini kita tidak melihat bahwa dampak dari pelemahan nilai tukar itu berdampak pada harga. Terbukti bahwa perkembangan harga harga tetep terkendali dan akan rendah.
Kemudian kalau lihat perkembangan nilai tukar minggu ini, hari ini, dan dalam waktu beberapa ke depan kecenderungan nilai tukar rupiah stabil. Bahkan ada kecenderungan apresiasi atau menguat.
Tiga faktor yang bisa disampaikan mendukung penguatan untuk stabilnya nilai tukar rupiah.
Pertama bahwa risiko di pasar keuangan global mereda, baik terkait ketegangan perang dagang AS dan China, maupun di pasar keuangan. Bahkan sekarang banyak investor global termasuk fund manager besar melihat bahwa perang dagang tidak berdampak baik pada ekonomi AS. Sehingga mereka melihat mulai investasi ke berbagai emerging market. Investor-investor global melihat bahwa perang perdagangan tidak berdampak baik tidak hanya bagi eko global, tapi juga ekonomi AS. Jadi mereka mulai alokasikan portofolio yang tempo hari ditarik dari emerging market kembali ke emerging market.
Terlihat arus modal asing mulai masuk ke Indonesia. Tempo hari sebelum terjadi krisis Turki, sudah masuk dan karena Turki dan perang dagang, yang keluar sekarang sudah mulai masuk, meksipun dilihat belum besar. Moga- moga minggu depan kalau ada lelang SBN ada arus inflow ke SBN yang lebih besar. Sejauh ini yang masuk di pasar sekunder belum terlalu besar. Itu faktor pertama.
Kedua, confidence investor domestik dan global terhadap langkah kebijakan BI dan pemerintah cukup kuat. Jika dikomunikasi ke investor besar di Singapura, London, New York, mereka confidence ke ekonomi indonesia kuat. Apalagi melihat kebijakan-kebijakan yang ditempuh Indonesia.
Baik kebijakan moneter, preemptive, pendalaman pasar valas yang terus dilakukan, kebijakan fiskal yang prudent maupun langkah konkret pemerintah turunkan defisit transaksi berjalan dipandang langkah langkah yang terukur sehingga Indonesia dipandang punya prospek yang baik dan dibedakan dengan sejumlah negara emerging market. Oleh karena itu dalam kesempatan ini terimakasih kepada pemerintah, koordinasi pemerintah dan BI cukup kuat dan itu akan terus dilakukan.
Ketiga, eksportir dan pemilik valas semakin banyak menjual valas ke pasar sehingga tambah suplai dan demikian suplai valas di pasar itu besar dan karena itu disampaikan terimakasih kepada pengusaha yang memang terus menjual DHE (Devisa Hasil Ekspor) ke pasar valas, baik dari eksportir maupun pengusaha.
Termasuk kemarin pengusaha dari Jatim yang menjual valasnya ke pasar. Itu suatu upaya yang baik, oleh karena itu saya juga mengajak pengusaha untuk semakin banyak menjual valas di pasar sehingga rupiah semakin stabil. Semua ini sama-sama menjaga stabilitas ekonomi, karena ekonomi domestik kan cukup baik. Ekonomi tumbuh, konsumsinya terus meningkat, investasi meningkat, perbankan baik, semua baik.
Oleh karena itu tekanan dari global, kalau dihadapi bersama baik dari BI, pemerintah dan pengusaha, Insya Allah akan semakin memperkuat stabilitas dan semakin akan memperkuat ekonomi ke depan.
(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
Most Popular