
Bursa Asia Ijo Royo-royo, IHSG-pun Naik Tipis 0,07%
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
21 September 2018 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu ditutup naik 4 poin(+0,06%) ke level 5.935. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,06 triliun dengan volume sebanyak 5,87 miliar unit saham dan frekuensi perdagangan sebesar 206.699 kali.
Kenaikan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga rata-rata ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,96%, indeks Strait Times naik 0,98% dan indeks Kospi naik 0,38%.
(ags/hps) Next Article IHSG Naik 0,51% Mengekor Bursa Asia, Begini Proyeksi Sesi II
Kenaikan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga rata-rata ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,96%, indeks Strait Times naik 0,98% dan indeks Kospi naik 0,38%.
Saham-saham yang paling mendorong IHSG naik adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,24%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk /BBRI (+1,29%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,69%) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,36%).
Meredanya perang dagang membuat sebagian besar bursa dan mata uang sebagian besar negara Asia ijo royo-royo.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pekan lalu mengirimkan surat kepada Beijing untuk merencanakan sebuah negosiasi.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS menandakan bahwa China masih memiliki iktikad baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi.
Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah membuat investor terdorong untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,13% di pasar spot ke level Rp 14.820/dolar AS.
Greenback memang kini sedang loyo, dengan mencatatkan penurunan 1,5% dalam sebulan terakhir. Penguatan rupiah juga didorong apresiasi investor terhadap aturan Kementerian Perdagangan yang mewajibkan ekspor sejumlah komoditas menggunakan letters of credit (L/C) dari perbankan nasional.
Eksportir nantinya akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah.
Seiring dengan sentimen positif yang ada, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 260 miliar di pasar reguler.
Saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 349 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 186 miliar), PT Indah Kiat Pulp and PaperTbk/INKP (Rp 97 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 66 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 50 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pekan lalu mengirimkan surat kepada Beijing untuk merencanakan sebuah negosiasi.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS menandakan bahwa China masih memiliki iktikad baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi.
Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah membuat investor terdorong untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,13% di pasar spot ke level Rp 14.820/dolar AS.
Greenback memang kini sedang loyo, dengan mencatatkan penurunan 1,5% dalam sebulan terakhir. Penguatan rupiah juga didorong apresiasi investor terhadap aturan Kementerian Perdagangan yang mewajibkan ekspor sejumlah komoditas menggunakan letters of credit (L/C) dari perbankan nasional.
Eksportir nantinya akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah.
Seiring dengan sentimen positif yang ada, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 260 miliar di pasar reguler.
Saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 349 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 186 miliar), PT Indah Kiat Pulp and PaperTbk/INKP (Rp 97 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 66 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 50 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article IHSG Naik 0,51% Mengekor Bursa Asia, Begini Proyeksi Sesi II
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular