
Penguatan Rupiah Kian Menipis, Awas Terpeleset!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 September 2018 09:49

Sepertinya investor mulai kembali berpaling ke mata uang Negeri Paman Sam. Maklum, Dollar Index sudah melemah 1,08% selama 7 hari terakhir. Dalam sebulan ke belakang, indeks ini sudah amblas 1,31%.
Pelemahan dolar AS yang lumayan tajam membuat mata uang ini semakin murah, dan tentu sangat menarik di mata investor. Aksi buru dolar AS pun terjadi dan membuatnya semakin kuat.
Selain itu, walau apapun yang terjadi, dolar AS tetaplah kesayangan pelaku pasar. Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, investor tetap berada di posisi jangka pendek (short) dalam hal memegang mata uang negara berkembang Asia dan lebih jangka panjang (long) dalam mengoleksi greenback. Ini menjadi sinyal bearish bagi mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor menilai aset ini lumayan berisiko.
Reuters menetapkan skala -3 sampai 3 untuk menentukan posisi investor, angka 3 berarti sangat bearish dan jangka pendek bagi mata uang Asia. Semakin rendah artinya bullish karena pelaku pasar berani memegang dalam jangka panjang.
Posisi rupiah dalam survei 20 September adalah 1,57, masih relatif bearish. Bahkan rupiah menjadi yang bearish.
Ini menandakan pelaku pasar masih menganggap rupiah (dan mata uang Asia lainnya) masih cukup berisiko. Melihat hal ini, wajar bila investor masih lebih memfavoritkan dolar AS dibandingkan mata uang Asia.
Oleh karena itu, rupiah masih harus terus waspada. Dengan penguatan yang semakin menipis dan preferensi investor yang lebih condong ke dolar AS, rupiah bisa terpeleset kapan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pelemahan dolar AS yang lumayan tajam membuat mata uang ini semakin murah, dan tentu sangat menarik di mata investor. Aksi buru dolar AS pun terjadi dan membuatnya semakin kuat.
Selain itu, walau apapun yang terjadi, dolar AS tetaplah kesayangan pelaku pasar. Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, investor tetap berada di posisi jangka pendek (short) dalam hal memegang mata uang negara berkembang Asia dan lebih jangka panjang (long) dalam mengoleksi greenback. Ini menjadi sinyal bearish bagi mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor menilai aset ini lumayan berisiko.
Posisi rupiah dalam survei 20 September adalah 1,57, masih relatif bearish. Bahkan rupiah menjadi yang bearish.
Ini menandakan pelaku pasar masih menganggap rupiah (dan mata uang Asia lainnya) masih cukup berisiko. Melihat hal ini, wajar bila investor masih lebih memfavoritkan dolar AS dibandingkan mata uang Asia.
Oleh karena itu, rupiah masih harus terus waspada. Dengan penguatan yang semakin menipis dan preferensi investor yang lebih condong ke dolar AS, rupiah bisa terpeleset kapan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular