
Rupiah Terbaik Kedua di Asia, Tapi Dolar AS Masih Punya Ajian
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 September 2018 08:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih enggan melemah. Bahkan dolar AS selangkah lagi meninggalkan kisaran Rp 14.800.
Pada Jumat (21/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.810 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,2% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah berlanjut. Pada pukul 08:06 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.800 di mana rupiah terapresiasi 0,27%. Dolar AS sudah di bibir kisaran Rp 14.800 di bisa saja terus didorong ke bawah.
Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,2% di pasar spot. Rupiah jadi mata uang terbaik di Asia, karena rupee India sedang tidak diperdagangkan. Pasar keuangan Negeri Bollywood libur memperingati hari Ashura (10 hari setelah Tahun Baru Hijriah).
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang utama Asia juga mampu berjaya di hadapan dolar AS. Dengan penguatan 0,27%, rupiah jadi yang terbaik kedua di Benua Kuning. Hari ini pasar keuangan India sudah buka, dan rupee menjadi mata uang dengan kinerja terbaik.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:
Namun sejatinya mata uang Asia perlu waspada, karena mayoritas malah melemah terhadap greenback. Pasalnya, ada tanda-tanda dolar AS mulai bangkit.
Pada pukul 08:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) memang masih melemah 0,06%. Namun koreksi ini jauh lebih tipis dibandingkan tadi malam yang sempat nyaris menyentuh 0,7%.
Dalam seminggu terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,12%. Sementara selama sebulan ke belakang, indeks ini jatuh 1,35% dan dalam 3 bulan ini koreksinya adalah 0,69%.
Angka-angka ini membuat dolar AS menjadi menarik karena sudah murah. Aksi buru dolar AS berpotensi terjadi sehingga bisa memperkuat nilai mata uang ini.
Investor yang mulai merapat ke dolar AS terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Pada pukul 08:17 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 5 tahun turun 0,9 basis poin (bps) ke 2,9533%. Sementara untuk tenor 10 tahun turun 1,7 bps ke 3,0608% dan 30 tahun turun 2,1 bps ke 3,1931%.
Penurunan yield adalah pertanda harga sedang naik. Kenaikan harga berarti permintaan terhadap instrumen ini meningkat.
Perlu diingat bahwa rapat The Federal Reserve/The Fed sudah semakin dekat yaitu 26 September. Dalam rapat tersebut, kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 2-2,25%. Menurut CME Fedwatch, kemungkinannya mencapai 92%.
Hal yang juga patut diwaspadai adalah meningkatnya probabilitas untuk kenaikan 50 bps menjadi 2,25-2,5% menjadi 8%. Kemarin, kemungkinan untuk kenaikan 50 bps masih di kisaran 5%. Praktis sudah tidak ada ruang untuk potensi The Fed menahan suku bunga di 1,75-2%.
Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) akan ikut terkerek. Tentu ini menjadi menarik bagi investor yang mencari cuan. Permintaan terhadap dolar AS akan meningkat.
Oleh karena itu, rupiah dan mata uang Asia lainnya masih perlu memasang kode siaga-1. Dolar AS memang masih tertekan karena isu perang dagang, tetapi mata uang Negeri Paman Sam ini punya ajian pamungkas untuk membalikkan kedudukan yaitu kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Jumat (21/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.810 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,2% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah berlanjut. Pada pukul 08:06 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.800 di mana rupiah terapresiasi 0,27%. Dolar AS sudah di bibir kisaran Rp 14.800 di bisa saja terus didorong ke bawah.
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang utama Asia juga mampu berjaya di hadapan dolar AS. Dengan penguatan 0,27%, rupiah jadi yang terbaik kedua di Benua Kuning. Hari ini pasar keuangan India sudah buka, dan rupee menjadi mata uang dengan kinerja terbaik.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:
Namun sejatinya mata uang Asia perlu waspada, karena mayoritas malah melemah terhadap greenback. Pasalnya, ada tanda-tanda dolar AS mulai bangkit.
Pada pukul 08:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) memang masih melemah 0,06%. Namun koreksi ini jauh lebih tipis dibandingkan tadi malam yang sempat nyaris menyentuh 0,7%.
Dalam seminggu terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,12%. Sementara selama sebulan ke belakang, indeks ini jatuh 1,35% dan dalam 3 bulan ini koreksinya adalah 0,69%.
Angka-angka ini membuat dolar AS menjadi menarik karena sudah murah. Aksi buru dolar AS berpotensi terjadi sehingga bisa memperkuat nilai mata uang ini.
Investor yang mulai merapat ke dolar AS terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Pada pukul 08:17 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 5 tahun turun 0,9 basis poin (bps) ke 2,9533%. Sementara untuk tenor 10 tahun turun 1,7 bps ke 3,0608% dan 30 tahun turun 2,1 bps ke 3,1931%.
Penurunan yield adalah pertanda harga sedang naik. Kenaikan harga berarti permintaan terhadap instrumen ini meningkat.
Perlu diingat bahwa rapat The Federal Reserve/The Fed sudah semakin dekat yaitu 26 September. Dalam rapat tersebut, kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 2-2,25%. Menurut CME Fedwatch, kemungkinannya mencapai 92%.
Hal yang juga patut diwaspadai adalah meningkatnya probabilitas untuk kenaikan 50 bps menjadi 2,25-2,5% menjadi 8%. Kemarin, kemungkinan untuk kenaikan 50 bps masih di kisaran 5%. Praktis sudah tidak ada ruang untuk potensi The Fed menahan suku bunga di 1,75-2%.
Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) akan ikut terkerek. Tentu ini menjadi menarik bagi investor yang mencari cuan. Permintaan terhadap dolar AS akan meningkat.
Oleh karena itu, rupiah dan mata uang Asia lainnya masih perlu memasang kode siaga-1. Dolar AS memang masih tertekan karena isu perang dagang, tetapi mata uang Negeri Paman Sam ini punya ajian pamungkas untuk membalikkan kedudukan yaitu kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular