
Perang Dagang Reda dan Rupiah Menguat, IHSG Naik 0,85%
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 September 2018 12:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,85% hingga akhir sesi 1 ke level 5.923,58. IHSG bergerak senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,43%, indeks Strait Times naik 0,09%, dan indeks Kospi naik 1,01%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,49 triliun dengan volume sebanyak 5,43 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 236.963 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG naik adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,79%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,69%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,63%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,34%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+3,45%).
Sikap AS dan China yang masih menahan diri dalam perang dagang antar keduanya memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Baru-baru ini, China telah resmi mengumumkan balasan terhadap kebijakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. China memutuskan untuk membalas dengan membebankan bea masuk 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar, berlaku mulai 24 September.
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi. Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah membuat investor terdorong untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.845/dolar AS. Greenback memang kini sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,03%.
Selain karena dolar AS yang memang sedang loyo, rupiah menguat lantaran investor mengapresiasi dirilisnya aturan oleh Kementerian Perdagangan yang mewajibkan ekspor sejumlah komoditas wajib menggunakan Letters of Credit (L/C) dari perbankan nasional.
Eksportir nantinya akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah.
Seiring dengan sentimen positif yang ada, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 205,7 miliar hingga akhir sesi 1. Saham-saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 74,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 53,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 41,8 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 32,3 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 24 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,49 triliun dengan volume sebanyak 5,43 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 236.963 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG naik adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,79%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,69%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,63%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,34%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+3,45%).
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi. Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah membuat investor terdorong untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.845/dolar AS. Greenback memang kini sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,03%.
Selain karena dolar AS yang memang sedang loyo, rupiah menguat lantaran investor mengapresiasi dirilisnya aturan oleh Kementerian Perdagangan yang mewajibkan ekspor sejumlah komoditas wajib menggunakan Letters of Credit (L/C) dari perbankan nasional.
Eksportir nantinya akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah.
Seiring dengan sentimen positif yang ada, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 205,7 miliar hingga akhir sesi 1. Saham-saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 74,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 53,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 41,8 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 32,3 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 24 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Most Popular