
Didukung Sejumlah Sentimen Positif, IHSG Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 September 2018 09:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,42% ke level 5.898,48 pada perdagangan hari ini. IHSG berhasil mengekor jejak bursa saham utama kawasan Asia yang sebelumnya juga dibuka di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,34%, indeks Strait Times naik 0,12%, indeks Hang Seng naik 0,72%, dan indeks Kospi naik 0,26%.
Sikap AS dan China yang masih menahan diri dalam perang dagang antar keduanya memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Baru-baru ini, China telah resmi mengumumkan balasan terhadap kebijakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. China memutuskan untuk membalas dengan membebankan bea masuk 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar, berlaku mulai 24 September.
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi. Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah membuat investor terdorong untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Pada pagi ini, rupiah menguat 0,24% di pasar spot ke level Rp 14.835/dolar AS. Greenback memang kini sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,06%.
Namun, pelaku pasar harus berhati-hati. Pasalnya, dolar AS bisa berbalik menguat kapan saja lantaran ada data ekonomi yang mendukung. Kemarin (19/9/2018), data pembangunan hunian baru periode Agustus diumumkan sebanyak 1,28 juta unit, di atas ekspektasi yang sebesar 1,24 juta unit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Sikap AS dan China yang masih menahan diri dalam perang dagang antar keduanya memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Baru-baru ini, China telah resmi mengumumkan balasan terhadap kebijakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. China memutuskan untuk membalas dengan membebankan bea masuk 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar, berlaku mulai 24 September.
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi. Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah membuat investor terdorong untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Pada pagi ini, rupiah menguat 0,24% di pasar spot ke level Rp 14.835/dolar AS. Greenback memang kini sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,06%.
Namun, pelaku pasar harus berhati-hati. Pasalnya, dolar AS bisa berbalik menguat kapan saja lantaran ada data ekonomi yang mendukung. Kemarin (19/9/2018), data pembangunan hunian baru periode Agustus diumumkan sebanyak 1,28 juta unit, di atas ekspektasi yang sebesar 1,24 juta unit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular