
Ini Kata Analis Soal Saham BUMI yang Kurang Likuid
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
19 September 2018 15:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari satu dekade yang lalu saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) jadi primadona investor di Bursa Efek Indonesia. Itulah sebabnya saham BUMI sempat mendapat julukan saham sejuta umat.
Namun belakangan saham BUMI jarang ditransaksikan. Apa penyebab saham saham BUMI jarang ditransaksikan?
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan saat ini saham BUMI masih belum menarik di mata pelaku pasar. Hal tersebut didorong dengan belum adanya sentimen positif dari perseroan yang mampu menarik perhatian pasar.
"Karena saham BUMI belum memiliki sentimen positif, sedangkan untuk saat ini saham-saham second liner dinilai lebih menarik dibandingkan saham BUMI untuk trading jangka pendek," ujar William kepada CNBC Indonesia, Rabu (19/9/18).
Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menambahkan walaupun kinerja keuangan BUMI semakin membaik tetapi investor masih khawatir dengan kondisi perusahaan yang masih dalam satu lingkup dengan grup Bakrie.
Selain itu, diperkirakan investor masih belum tertarik untuk melirik saham BUMI disebabkan oleh rekam jejak (track record) perseroan selama ini yang dapat dibilang kurang memuaskan.
"Ini jadi pekerjaan rumah (PR) manajemen BUMI untuk bisa mengesampingkan pengaruh Bakrie dan maraknya aksi korporasi yang sebelumnya telah dilakukan. Walaupun dari laporan keuangannya sudah ada perbaikan dan pertumbuhan kinerja dengan upaya pengurangan utang," ujar Reza.
Menurutnya, dengan berbagai prospek menarik dari rencana kerja perseroan saat ini, nilai wajar saham perseroan di level Rp 200 hingga Rp 300 per saham masih terbilang murah.
Namun kembali lagi, diperkirakan dengan hasil positif dan kinerja yang terus membaik kedepannya, saham BUMI dinilai dapat kembali meraih kepercayaan para investor.
"Ini big potential, mestinya bisa seperti harga saham INDY dan ADRO ataupun PTBA. BUMI sudah ada upaya memperbaiki utang namun butuh waktu untuk bisa mengembalikan kepercayaan investor," tambahnya.
Pada perdagangan hari ini, harga saham BUMI menguat 2,70% ke level Rp 228/saham dalam perdagangan sesi II hari ini. Tercatat volume perdagangan sebanyak 130,57 juta unit saham senilai Rp 29,85 miliar.
Namun, jika dilihat sejak awal tahun atau year to date (Ytd) harga saham perseroan masih memerah sebesar 16,30%. Bahkan angka negatif semakin dalam (-28,48%) selama enam bulan terakhir.
Saat ini utang BUMI telah berkurang dari sebelumnya US$ 4,3 miliar menjadi US$ 1,7 miliar setelah restrukturisasi utang yang dilakukan oleh perseroan.
Selain itu, ekuitas perseroan terbilang positif paska restrukturisasi yakni US$ 2 miliar, BUMI merupakan produsen pertambangan batu bara yang mengeluarkan biaya operasional terendah di antara emiten serupa.
Dengan lokasi pertambangan yang hanya sejauh 10,20 kilometer dari laut, ditambah dengan infrastruktur khsusus dalam transportasi dan pemuatan kapal dari produksi batu bara menekan biaya operasional produksi perseroan hanya US$ 0,5 per ton batu bara.
Perseroan menargetkan produksi batu bara sebesar 100 juta ton pada 2020 ditambah dengan target produksi batu bara sebanyak 80-85 juta ton pada tahun ini, atau meningkat 5% dibandingkan tahun lalu.
(hps) Next Article Perhatian! Keluarga Bakrie Tak Lagi Jadi Pengendali BUMI
Namun belakangan saham BUMI jarang ditransaksikan. Apa penyebab saham saham BUMI jarang ditransaksikan?
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan saat ini saham BUMI masih belum menarik di mata pelaku pasar. Hal tersebut didorong dengan belum adanya sentimen positif dari perseroan yang mampu menarik perhatian pasar.
"Karena saham BUMI belum memiliki sentimen positif, sedangkan untuk saat ini saham-saham second liner dinilai lebih menarik dibandingkan saham BUMI untuk trading jangka pendek," ujar William kepada CNBC Indonesia, Rabu (19/9/18).
Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menambahkan walaupun kinerja keuangan BUMI semakin membaik tetapi investor masih khawatir dengan kondisi perusahaan yang masih dalam satu lingkup dengan grup Bakrie.
Selain itu, diperkirakan investor masih belum tertarik untuk melirik saham BUMI disebabkan oleh rekam jejak (track record) perseroan selama ini yang dapat dibilang kurang memuaskan.
"Ini jadi pekerjaan rumah (PR) manajemen BUMI untuk bisa mengesampingkan pengaruh Bakrie dan maraknya aksi korporasi yang sebelumnya telah dilakukan. Walaupun dari laporan keuangannya sudah ada perbaikan dan pertumbuhan kinerja dengan upaya pengurangan utang," ujar Reza.
Menurutnya, dengan berbagai prospek menarik dari rencana kerja perseroan saat ini, nilai wajar saham perseroan di level Rp 200 hingga Rp 300 per saham masih terbilang murah.
Namun kembali lagi, diperkirakan dengan hasil positif dan kinerja yang terus membaik kedepannya, saham BUMI dinilai dapat kembali meraih kepercayaan para investor.
"Ini big potential, mestinya bisa seperti harga saham INDY dan ADRO ataupun PTBA. BUMI sudah ada upaya memperbaiki utang namun butuh waktu untuk bisa mengembalikan kepercayaan investor," tambahnya.
Pada perdagangan hari ini, harga saham BUMI menguat 2,70% ke level Rp 228/saham dalam perdagangan sesi II hari ini. Tercatat volume perdagangan sebanyak 130,57 juta unit saham senilai Rp 29,85 miliar.
Namun, jika dilihat sejak awal tahun atau year to date (Ytd) harga saham perseroan masih memerah sebesar 16,30%. Bahkan angka negatif semakin dalam (-28,48%) selama enam bulan terakhir.
Saat ini utang BUMI telah berkurang dari sebelumnya US$ 4,3 miliar menjadi US$ 1,7 miliar setelah restrukturisasi utang yang dilakukan oleh perseroan.
Selain itu, ekuitas perseroan terbilang positif paska restrukturisasi yakni US$ 2 miliar, BUMI merupakan produsen pertambangan batu bara yang mengeluarkan biaya operasional terendah di antara emiten serupa.
Dengan lokasi pertambangan yang hanya sejauh 10,20 kilometer dari laut, ditambah dengan infrastruktur khsusus dalam transportasi dan pemuatan kapal dari produksi batu bara menekan biaya operasional produksi perseroan hanya US$ 0,5 per ton batu bara.
Perseroan menargetkan produksi batu bara sebesar 100 juta ton pada 2020 ditambah dengan target produksi batu bara sebanyak 80-85 juta ton pada tahun ini, atau meningkat 5% dibandingkan tahun lalu.
(hps) Next Article Perhatian! Keluarga Bakrie Tak Lagi Jadi Pengendali BUMI
Most Popular