Analisis Teknikal

Reli Berlanjut, Secara Teknikal Kemana Arah Harga Batu Bara?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
18 September 2018 19:26
Potensi penurunan permintaan ini diterjemahkan dengan koreksi harga batu bara.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Padahal harga batu bara ICE Newcastle pada kontrak acuan per Senin (17/09/2018) melemah 0,69% ke US$114,6/metrik ton (MT). Jika dibandingkan harga awal tahun, Harga si batu hitam masih cukup tinggi.

Memanasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, dapat memberikan energi negatif bagi pergerakan harga batu bara dimasa yang akan datang.

Perang dagang berpotensi memperlambat arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi, sehingga membuat permintaan energi menurun. Potensi penurunan permintaan ini diterjemahkan dengan koreksi harga batu bara. Apalagi China sedang kelebihan stok batu bara.

Menurut data China Coal Resources, stok batu bara di 6 pembangkit listrik utama China kembali menanjak secara mingguan (week-to-week/WtW) ke angka 15,4 juta ton, per hari Jumat (14/9/2018). Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak Januari 2015.

Sementara itu, impor batu bara China turun nyaris 40% WtW ke 1,98 juta ton per hari Jumat (7/9/2018), yang merupakan level terendah sejak sepekan yang berakhir 6 April, berdasarkan data dari Global Ports.

Bagaimana harga batu bara kedepannya. Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal terhadap harga batu bara dengan hasil sebagai berikut sebagai berikut.
Reli Harga Batu Bara Berlanjut, Foto: CNBC Indonesia/Yazid Muamar


Harga batu bara jika dilihat dari awal tahun cenderung bergerak naik (uptrend), sempat mengalami penurunan dari dari Januari 2018 pada harga $US 106 hingga April 2018, Harga batu bara kemudian bangkit hingga $US 119.

Berdasarkan analisa pergerakan harga, batu bara cenderung turun. Ada potensi menembus level penopang harganya pada $US 114.

Hal itu terlihat dari pergerakannya yang terus menjauh dengan bergerak dibawah rerata pergerakan harganya selama 5, 10 dan 50 hari (MA, 5. MA 10 dan MA 50), berdasarkan indikator teknikal rerata pergerakan harga (moving average/MA).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular