
Ada Berkah di Balik Melemahnya Rupiah, Apa Ya?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
18 September 2018 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dianggap bisa menekan angka lonjakan impor yang selama ini menjadi biang kerok tekornya defisit transaksi berjalan.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara usai rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Tahun depan [pertumbuhan impor] kita estimasi lebih rendah karena rupiah akan lebih melemah. Karena rupiah melemah, pertumbuhan impornya melemah," kata Suahasil, Selasa (18/9/2018).
Lonjakan impor dalam beberapa bulan terakhir memang menjadi 'biang kerok' yang menyebabkan defisit transaksi berjalan (current account deficit) tekor pada kuartal II-2018.
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatatkan defisit sebesar 3,04% dari PDB. Pemerintah bahkan memperkirakan defisit transaksi berjalan bisa lebih tinggi di kuartal III-2018.
Pada tahun depan, pemerintah memperkirakan laju impor bisa sedikit lebih rendah dari tahun ini, yang diproyeksikan bakal tumbuh 11,5% secara year on year (yoy).
"Sekarang saja rupiah diperdagangkan di level Rp 14.800/US$ - Rp 14.900/US$. Jadi kalau ada yang impor hari ini, kurang lebih pakai rate itu. Sehingga kalau dibandingkan 4-5 bulan lalu, rupiahnya sudah lebih lemah," katanya
Meskipun dampak pelemahan rupiah baru akan terasa tahun depan, namun pemerintah menilai impor dalam 4 bulan ke depan bakal jauh lebih terkendali dengan berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan.
"Pelemahan rupiah bukan measure yang berdiri sendiri Itu measure yang dikombinasikan dengan measure lain termasuk proyek infrastruktur yang ditunda," tegas Suahasil.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Hal tersebut ditegaskan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara usai rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Tahun depan [pertumbuhan impor] kita estimasi lebih rendah karena rupiah akan lebih melemah. Karena rupiah melemah, pertumbuhan impornya melemah," kata Suahasil, Selasa (18/9/2018).
![]() |
Lonjakan impor dalam beberapa bulan terakhir memang menjadi 'biang kerok' yang menyebabkan defisit transaksi berjalan (current account deficit) tekor pada kuartal II-2018.
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatatkan defisit sebesar 3,04% dari PDB. Pemerintah bahkan memperkirakan defisit transaksi berjalan bisa lebih tinggi di kuartal III-2018.
Pada tahun depan, pemerintah memperkirakan laju impor bisa sedikit lebih rendah dari tahun ini, yang diproyeksikan bakal tumbuh 11,5% secara year on year (yoy).
"Sekarang saja rupiah diperdagangkan di level Rp 14.800/US$ - Rp 14.900/US$. Jadi kalau ada yang impor hari ini, kurang lebih pakai rate itu. Sehingga kalau dibandingkan 4-5 bulan lalu, rupiahnya sudah lebih lemah," katanya
Meskipun dampak pelemahan rupiah baru akan terasa tahun depan, namun pemerintah menilai impor dalam 4 bulan ke depan bakal jauh lebih terkendali dengan berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan.
"Pelemahan rupiah bukan measure yang berdiri sendiri Itu measure yang dikombinasikan dengan measure lain termasuk proyek infrastruktur yang ditunda," tegas Suahasil.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular