Ikuti Jejak Bursa Regional, IHSG Terperosok ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 September 2018 09:31
IHSG dibuka melemah 0,39% untuk mengawali pekan ini ke level 5.908,43.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,39% untuk mengawali pekan ini ke level 5.908,43. IHSG mengikuti jejak bursa saham utama kawasan Asia yang sebelumnya juga dibuka di zona merah: indeks Shanghai turun 0,39%, indeks Strait Times turun 0,37%, indeks Kospi turun 0,16%, dan indeks Hang Seng anjlok 0,94%.

Investor dibuat menjauhi bursa saham Benua Kuning lantaran perang dagang AS-China yang bisa segera tereskalasi. Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan mengumumkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.961 triliun) pada hari ini, kata seorang pejabat senior kepada Reuters pada hari Sabtu (15/9/2018).

Besaran bea masuk tersebut diperkirakan sekitar 10%, menurut laporan Wall Street Journal dengan mengutip beberapa pihak yang mengetahui hal tersebut, lebih rendah dari 25% yang sempat direncanakan sebelumnya.

Barang-barang asal China yang disasar AS di antaranya adalah produk-produk teknologi dan elektronik, papan sirkuit, dan barang-barang konsumsi seperti makanan laut, mebel, produk lampu, ban, bahan-bahan kimia, plastik, sepeda, dan jok mobil khusus untuk bayi.

Walaupun besaran bea masuk kemungkinan tak sebesar yang sebelumnya direncanakan, laju perekonomian kedua negara tetap saja menjadi taruhannya, mengingat besarnya nilai barang yang terdampak. Sebagai informasi, dua kali pengenaan bea masuk baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.

Selain itu, pelemahan rupiah juga ikut membebani bursa saham tanah air. Pada pagi ini, rupiah melemah 0,3% di pasar spot ke level Rp 14.845/dolar AS. Dolar AS perkasa seiring dengan positifnya rilis data ekonomi di Negeri Paman Sam.

University of Michigan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen periode September 2018 (preliminary) di angka 100,8, jauh di atas ekspektasi pasar yang sebesar 96,7. Sementara itu, produksi industri AS tumbuh sebesar 0,4% MoM pada Agustus 2018, mengungguli ekspektasi pasar yang sebesar 0,3% MoM.

Kuatnya rilis data tersebut membuat investor kian yakin bahwa the Federal Reserve akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Lebih lanjut, neraca perdagangan yang diproyeksi masih mencatatkan defisit turut membuat investor melepas rupiah dan mengalihkannya menjadi dolar AS. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekspor pada Agustus adalah 10,1% YoY, sedangkan impor diproyeksi tumbuh 25% YoY.

Akibatnya, neraca perdagangan diproyeksi mengalami defisit sebesar US$ 645 juta. Data ekspor-impor akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pukul 11:00 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Begini Penampakan Bursa, Saat IHSG Menguat Hampir 10%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular