
Didukung Meredanya Perang Dagang AS-China, Bursa Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 September 2018 16:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan terakhir di pekan ini: indeks Nikkei naik 1,2%, indeks Hang Seng naik 1,01%, indeks Strait Times naik 0,95%, dan indeks Kospi naik 1,4%.
Aura perdamaian antara AS dan China di bidang perdagangan membuat investor kembali bersemangat untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengonfirmasi bahwa AS memang mengundang China untuk berdialog mengenai isu-isu perdagangan.
"Ada diskusi dan informasi bahwa pemerintah China ingin mengadakan pembicaraan. Jadi, Menteri Keuangan Steve Mnuchin selaku pimpinan delegasi mengirimkan undangan," ungkap Kudlow, mengutip Reuters.
Sementara Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengungkapkan bahwa Beijing telah menerima dengan baik undangan dari AS dan kedua negara sedang merumuskan detil-detil soal pertemuan tersebut.
"China selalu berpandangan bahwa eskalasi konflik perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Bahkan, dalam pembicaraan awal bulan lalu di Washington, kedua negara telah membahas berbagai bentuk kontak," kata Geng, dikutip dari Reuters.
Jika perundingan jadi dilakukan nantinya, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Dari kawasan regional, sentimen positif datang dari rilis data ekonomi di China. Penjualan barang-barang ritel periode Agustus tercatat tumbuh sebesar 9% YoY, di atas ekspektasi yang sebesar 8,8% YoY. Sementara itu, industrial production periode yang sama tumbuh sebesar 6,1% YoY, di atas ekspektasi yang sebesar 6% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir
Aura perdamaian antara AS dan China di bidang perdagangan membuat investor kembali bersemangat untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengonfirmasi bahwa AS memang mengundang China untuk berdialog mengenai isu-isu perdagangan.
"Ada diskusi dan informasi bahwa pemerintah China ingin mengadakan pembicaraan. Jadi, Menteri Keuangan Steve Mnuchin selaku pimpinan delegasi mengirimkan undangan," ungkap Kudlow, mengutip Reuters.
"China selalu berpandangan bahwa eskalasi konflik perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Bahkan, dalam pembicaraan awal bulan lalu di Washington, kedua negara telah membahas berbagai bentuk kontak," kata Geng, dikutip dari Reuters.
Jika perundingan jadi dilakukan nantinya, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Dari kawasan regional, sentimen positif datang dari rilis data ekonomi di China. Penjualan barang-barang ritel periode Agustus tercatat tumbuh sebesar 9% YoY, di atas ekspektasi yang sebesar 8,8% YoY. Sementara itu, industrial production periode yang sama tumbuh sebesar 6,1% YoY, di atas ekspektasi yang sebesar 6% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular