Risiko Ekonomi Global Tinggi, Harga Minyak Dalam Tekanan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
14 September 2018 11:08
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 amblas 1,96% ke level US$78,18/barel kemarin
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 amblas 1,96% ke level US$78,18/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 anjlok 2,53% ke US$68,59/barel, pada penutupan perdagangan kemarin.

Harga minyak seolah kehabisan bensin pasca terbang tinggi selama 2 hari berturut-turut sebelumnya. Berita buruk bagi harga sang emas hitam datang dari risiko ekonomi global yang kini menghantui permintaan minyak dunia.

BACA: Setelah Terbang Tinggi, Kini Harga Minyak Loyo



Kemarin, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global 2019, dengan alasan risiko ekonomi global yang menghantui permintaan minyak dunia.

Dalam laporan bulanannya, kartel minyak ini mengestimasi permintaan minyak global pada tahun depan akan meningkat 1,41 juta barel/hari. Jumlah itu turun sebanyak 20.000 barel/hari dari prediksi bulan lalu.

Senada dengan OPEC, International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa permintaan minyak dunia akan masih kuat, hingga melebihi 100 juta barel/hari, pada 3 bulan ke depan. Meski demikian, IEA mempredikisikan penurunan ke angka 99,3 juta barel/hari pada kuartal I-2019.

"Seiring kita bergerak ke 2019, risiko bagi proyeksi kita datang dari ekonomi negara-negara berkembang, sebagian akibat depresiasi mata uang versus penguatan dolar AS, menaikkan biaya untuk importase energi. Sebagai tambahan, terdapat risiko yang berkembang dari eskalasi perang dagang," tulis IEA, seperti dikutip dari Reuters.

Harga minyak juga tertekan oleh cuitan presiden AS Donald Trump yang berpotensi menghancurkan harapan hubungan AS-China yang sedang mengarah ke tahap harmonis. "Kami tidak ada tekanan untuk membuat kesepakatan dengan China, merekalah yang harus membuat kesepakatan dengan kami. Pasar kami melaju, pasar mereka anjlok. Kami juga akan segera menerapkan bea masuk dan membuat produk di dalam negeri. Kalau kami bertemu, ya bertemu saja," cuit Trump di Twitter.

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diberitakan telah mengirim undangan kepada sejumlah pejabat di China, termasuk Perdana Menteri Liu He, untuk berbicara soal isu-isu perdagangan. Sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan, waktu dan tempat pertemuan belum jelas, tetapi kemungkinan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Perkembangan itu sempat menimbulkan harapan bagi terciptanya perdamaian dagang AS-China. Namun, pasca cuitan Trump yang terkesan "sombong" tersebut, kini kekhawatiran perang dagang kembali mencuat.

Padahal, sejumlah perusahaan AS yang berlokasi di China sudah mulai "terluka" akibat aksi balas tarif AS-China yang terus berkembang, yang akhirnya kini berujung pada protes pada pemerintahan Trump untuk mempertimbangkan kembali kebijakannya.  

Akibat sejumlah sentimen negatif di atas, harga minyak hari ini pun belum bisa menguat banyak-banyak meski mengalami technical rebound. Hingga pukul 10.38 WIB, harga minyak brent menguat 0,1%, sementara light sweet naik 0,25%.

Sebagai catatan, kenaikan harga minyak pagi ini juga sepertinya didukung oleh jatuhnya produksi minyak mentah AS sebanyak 100.000 barel/hari ke 10,9 juta barel/hari pada pekan lalu, seiring industri di Negeri Paman Sam menghadapi kendala kapasitas jalur pipa.  



(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular