
Sri Mulyani Buka-bukaan Dampak Pelemahan Rupiah ke APBN
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 September 2018 19:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Asumsi nilai tukar rupiah sepanjang 2019 yang ditetapkan dalam RAPBN 2019 sebesar Rp 14.400/US$ menjadi perdebatan dalam rapat kerja antara pemerintah dan Komisi XI DPR.
Salah satu fraksi yang lantang menolak asumsi nilai tukar adalah Fraksi Gerindra, yang menganggap bahwa level tersebut tidak realistis dan tak mencerminkan kondisi terkini.
Anggota Komisi XI Fraksi Gerindra Heri Gunawan menilai, level Rp 14.500/US$ merupakan angka yang paling realistis untuk asumsi nilai tukar pada tahun anggaran 2019.
"Kalau buat APBN itu harus realistis. Asumsi sekarang Rp 14.400/US$, sekarang kondisi dolar Rp 14.800/US$," kata Heri di ruang rapat Komisi XI, Kamis (13/9/2018).
Sementara itu, Anggota Komisi XI Fraksi PKS Ecky Awal Muharram, bahkan mengusulkan agar asumsi nilai tukar rupiah tahun depan bisa sedikit lebih optimistis, yaitu Rp 14.300/US$.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan ini pun buka suara, dengan menjelaskan secara komprehensif dampak perubahan nilai tukar rupiah terhadap pelaksanaan APBN 2019.
Menurut Sri Mulyani, jika asumsi nilai tukar dibuat lebih lemah Rp 100 [Rp 14.500/US$], maka pendapatan maupun belanja negara bakal mengalami kenaikan masing-masing Rp 4,66 triliun dan Rp 3,44 triliun,
"Sehingga kalau dihitung-hitung akan ada total benefit Rp 1,2 triliun. Ini bukan untung rugi, tapi dari sisi postur," kata Sri Mulyani.
Sebaliknya, apabila asumsi nilai tukar dibuat turun Rp 14.300/US$, maka pendapatan dan belanja negara pun diproyeksikan bakal turun masing-masing Rp 4,66 triliun dan Rp 3,4 triliun.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan, setiap perubahan asumsi nilai tukar akan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan kas keuangan negara, apakah itu dibuat menguat atau melemah.
(dru) Next Article Tahun Depan, Sri Mulyani Sebut Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$
Salah satu fraksi yang lantang menolak asumsi nilai tukar adalah Fraksi Gerindra, yang menganggap bahwa level tersebut tidak realistis dan tak mencerminkan kondisi terkini.
Anggota Komisi XI Fraksi Gerindra Heri Gunawan menilai, level Rp 14.500/US$ merupakan angka yang paling realistis untuk asumsi nilai tukar pada tahun anggaran 2019.
Sementara itu, Anggota Komisi XI Fraksi PKS Ecky Awal Muharram, bahkan mengusulkan agar asumsi nilai tukar rupiah tahun depan bisa sedikit lebih optimistis, yaitu Rp 14.300/US$.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan ini pun buka suara, dengan menjelaskan secara komprehensif dampak perubahan nilai tukar rupiah terhadap pelaksanaan APBN 2019.
Menurut Sri Mulyani, jika asumsi nilai tukar dibuat lebih lemah Rp 100 [Rp 14.500/US$], maka pendapatan maupun belanja negara bakal mengalami kenaikan masing-masing Rp 4,66 triliun dan Rp 3,44 triliun,
"Sehingga kalau dihitung-hitung akan ada total benefit Rp 1,2 triliun. Ini bukan untung rugi, tapi dari sisi postur," kata Sri Mulyani.
Sebaliknya, apabila asumsi nilai tukar dibuat turun Rp 14.300/US$, maka pendapatan dan belanja negara pun diproyeksikan bakal turun masing-masing Rp 4,66 triliun dan Rp 3,4 triliun.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan, setiap perubahan asumsi nilai tukar akan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan kas keuangan negara, apakah itu dibuat menguat atau melemah.
(dru) Next Article Tahun Depan, Sri Mulyani Sebut Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$
Most Popular