Menanti Bunga Acuan Eropa, Dolar AS Jadi Most Wanted

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2018 17:00
Pengumuman Suku Bunga Acuan di Eropa Dongkrak Dolar AS
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Keperkasaan dolar AS semakin nyata. Pada pukul 16:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,16%. 

Setidaknya ada dua alasan penguatan dolar AS. Pertama adalah investor memburu dolar AS karena harganya sudah murah. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index melemah 0,4% dan selama sebulan ke belakang koreksinya mencapai 1,62%. 

Pelemahan ini membuat harga dolar AS menjadi semakin terjangkau. Ini tentu menarik minat investor, sehingga permintaan terhadap mata uang ini meningkat. Permintaan yang naik tentu membuat harga mata uang ini naik alias menguat. 

Kedua adalah investor merapat ke dolar AS sembari menanti keputusan suku bunga acuan di tiga bank sentral yaitu Bank Sentral Uni Eropa (ECB), Bank Sentral Inggris (BoE), dan Bank Sentral Turki (TCMB). ECB diperkirakan masih menahan suku bunga acuan sebesar 0%.

Namun diperkirakan ada pengumuman pengurangan stimulus moneter. Biasanya, ECB melakukan pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) senilai 30 miliar euro. Mulai bulan ini, ECB akan mengurangi setengahnya dan berencana mengakhiri program ini pada Desember. 

Pelaku pasar memperkirakan tidak ada kejutan dari ECB, apa yang disebutkan di atas sudah agak lama diketahui. Oleh karena itu, pelaku pasar masih lebih memihak ke dolar AS, bukan ke euro. Pada pukul 16:45 WIB, euro melemah 0,07% di hadapan dolar AS. 

Senada dengan ECB, BoE juga diperkirakan masih menahan suku bunga acuan di 0,75% setelah bulan lalu menaikkan sebesar 25 basis poin. Pelaku pasar memperkirakan siklus kenaikan suku bunga acuan di Negeri Ratu Elizabeth tahun ini sudah selesai. Kenaikan suku bunga diperkirakan baru terjadi lagi pada semester II-2019. 

Dengan perkembangan itu, investor lagi-lagi lebih memilih dolar AS. Poundsterling tidak mendapat energi tambahan karena tidak ada kabar kenaikan suku bunga. Pada pukul 16:45 WIB, sterling melemah 0,02% terhadap dolar AS. 

Mungkin yang paling dipantau adalah pengumuman suku bunga acuan oleh TCMB. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ada kenaikan dari 17,75% menjadi 22%. 

Namun perkiraan tersebut masih samar-samar mengingat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikenal doyan mencampuri kebijakan moneter. Erdogan kerap kali menyebutkan bahwa dirinya adalah musuh suku bunga tinggi, sehingga bisa saja ada intervensi untuk menghambat kenaikan suku bunga. 

Ini menyebabkan investor masih cenderung bermain aman dan memilih merapat ke greenback yang lebih menjanjikan kepastian. Bahkan lira melemah sampai 2,89% di hadapan dolar AS pada pukul 16:46 WIB.  

Berbagai faktor tersebut menunjukkan dolar AS adalah most wanted asset untuk hari ini. Akibatnya, mata uang ini menguat secara luas dan rupiah jadi salah satu korbannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular