Simak, Penjelasan Lengkap dari BI Soal Kondisi Ekonomi 2019
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 September 2018 16:32
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memaparkan secara rinci situasi pasar keuangan global untuk 2019. Setidaknya, ada tiga tantangan yang bakal dihadapi seluruh negara, termasuk Indonesia tahun depan.
Pertama, adalah kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), yang diperkirakan bakal mengerek bunga acuan hingga ke level 3,25%. Proyeksi ini, sudah memperhitungkan 2 kali kenaikan bunga hingga akhir tahun.
"Masih ada 1,25% lagi suku bunga akan meningkat," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Kamis (13/9/2018).
Kedua, adalah rencana bank sentral mengurangi likuiditas secara bertahap, yang sejak 2008 telah dikeluarkan. Hal tersebut, kata Mirza, akan memberikan pengaruh terhadap situasi pasar keuangan global.
Ketiga, adalah kepastian bank sentral Eropa (ECB) mulai mengurangi likuiditasnya dengan menaikkan bunga acuan, yang diperkirakan bakal dilakukan pada semester II-2019. Situasi ini, dianggap juga memberikan tekanan.
Meski demikian, bank sentral menganggap, faktor kenaikan bunga acuan AS masih dominan memengaruhi negara berkembang seperti Indonesia, dibandingkan kebijakan yang dilakukan ECB.
"Kenaikan suku bunga pengaruh ke emerging market, dibandingkan policy dari ECB dan intervensi Bank of Japan," katanya.
Terlepas dari hal itu, Mirza menilai, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun depan bakal jauh lebih berkurang, meskipun bunga acuan AS naik hingga ke level 3,25%.
"Dengan melihat hal tersebut, derajat kenaikan bunga AS mudah-mudahan lebih terkendali dibandingkan kenaikan menuju ke 2%," tegas Mirza.
(dru) Next Article 'Powell Ranger Effect', BI Yakin Dana Asing Balik ke RI
Pertama, adalah kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), yang diperkirakan bakal mengerek bunga acuan hingga ke level 3,25%. Proyeksi ini, sudah memperhitungkan 2 kali kenaikan bunga hingga akhir tahun.
"Masih ada 1,25% lagi suku bunga akan meningkat," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Kamis (13/9/2018).
 Foto: Federal Reserve (Reuters) |
Kedua, adalah rencana bank sentral mengurangi likuiditas secara bertahap, yang sejak 2008 telah dikeluarkan. Hal tersebut, kata Mirza, akan memberikan pengaruh terhadap situasi pasar keuangan global.
Meski demikian, bank sentral menganggap, faktor kenaikan bunga acuan AS masih dominan memengaruhi negara berkembang seperti Indonesia, dibandingkan kebijakan yang dilakukan ECB.
Terlepas dari hal itu, Mirza menilai, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun depan bakal jauh lebih berkurang, meskipun bunga acuan AS naik hingga ke level 3,25%.
"Dengan melihat hal tersebut, derajat kenaikan bunga AS mudah-mudahan lebih terkendali dibandingkan kenaikan menuju ke 2%," tegas Mirza.
(dru) Next Article 'Powell Ranger Effect', BI Yakin Dana Asing Balik ke RI
Most Popular