
Masih Menguat di Kurs Acuan, Rupiah Sudah Impas di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2018 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat hari ini. Dolar AS kini berada di bawah Rp 14.800 untuk kali pertama sejak awal September.
Pada Kamis (13/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.794. Rupiah menguat lumayan signifikan yaitu 0,46% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah melemah 0,19% di kurs acuan. Penguatan rupiah hari ini mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.800, kali pertama sejak 3 September.
Sementara di pasar spot, rupiah juga masih menguat meski semakin tipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.810 di mana rupiah menguat 0,07%. Sebelumnya rupiah sempat menguat signifikan hingga dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 14.800.
Pada pukul 10:27 WIB, penguatan rupiah sudah habis. Kini, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.820, sama dengan posisi penutupan kemarin. Dolar AS sudah mengimpaskan posisi di hadapan rupiah.
Di pasar spot Asia, dolar AS masih cenderung melemah meski perlahan mulai bangkit. Rupee India tetap menjadi mata uang dengan performa terbaik. Namun perlu dicatat bahwa pasar keuangan India hari ini libur memperingati hari Ganesh Chaturthi.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:28 WIB:
Dolar AS memang sedang bangkit. Pada pukul 10:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,02%. Dini hari tadi, indeks ini masih melemah di kisaran 0,4%.
Koreksi yang dialami dolar AS membuat mata uang ini lebih murah sehingga menarik minat investor. Dalam seminggu terakhir, Dollar Index melemah 0,23% sementara selama 30 hari ke belakang sudah anjlok 1,99%.
Dolar AS yang terjangkau memancing aksi borong terhadap mata uang ini. Akibatnya, dolar AS mulai bangkit walau belum terlalu kuat.
Di Asia, dolar AS masih tertutup awan kelabu karena euforia investor atas kemungkinan perundingan dagang AS-China. Wall Street Journal memberitakan, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah mengirim pesan kepada Beijing untuk memulai kembali dialog seputar perdagangan.
Sebelumnya, investor dibuat cemas bukan main karena Presiden AS Donald Trump tetap berniat mengenakan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 200 miliar. Tidak berhenti di situ, Trump juga menyiapkan bea masuk bagi importasi dari China senilai US$ 267 miliar.
Beijing tidak kalah galak. Bahkan China sudah meminta restu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mengenakan bea masuk terhadap produk-produk AS, karena Negeri Adidaya dinilai tidak adil dalam menerapkan bea masuk anti-dumping.
Namun dengan adanya potensi pertemuan Washington-Beijing, kekhawatiran itu terhapus untuk sementara. Jika AS-China mencapai kesepakatan perdagangan, maka bisa saja rencana bea masuk itu batal.
Aura positif pun melanda pasar, dan memicu perilaku risk off alias berani mengambil risiko. Ada harapan hubungan dagang AS-China bisa dipulihkan dan perang dagang pun berakhir sehingga investor berani keluar dari pelukan safe haven assets.
Sejauh ini dolar AS memang masih tertekan di Asia. Namun bukan tidak mungkin greenback mampu menipiskan pelemahannya, seperti yang dilakukan terhadap rupiah. Oleh karena itu, mata uang Benua Kuning harus ekstra waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Kamis (13/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.794. Rupiah menguat lumayan signifikan yaitu 0,46% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah melemah 0,19% di kurs acuan. Penguatan rupiah hari ini mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.800, kali pertama sejak 3 September.
Sementara di pasar spot, rupiah juga masih menguat meski semakin tipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.810 di mana rupiah menguat 0,07%. Sebelumnya rupiah sempat menguat signifikan hingga dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 14.800.
Pada pukul 10:27 WIB, penguatan rupiah sudah habis. Kini, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.820, sama dengan posisi penutupan kemarin. Dolar AS sudah mengimpaskan posisi di hadapan rupiah.
Di pasar spot Asia, dolar AS masih cenderung melemah meski perlahan mulai bangkit. Rupee India tetap menjadi mata uang dengan performa terbaik. Namun perlu dicatat bahwa pasar keuangan India hari ini libur memperingati hari Ganesh Chaturthi.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:28 WIB:
Dolar AS memang sedang bangkit. Pada pukul 10:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,02%. Dini hari tadi, indeks ini masih melemah di kisaran 0,4%.
Koreksi yang dialami dolar AS membuat mata uang ini lebih murah sehingga menarik minat investor. Dalam seminggu terakhir, Dollar Index melemah 0,23% sementara selama 30 hari ke belakang sudah anjlok 1,99%.
Dolar AS yang terjangkau memancing aksi borong terhadap mata uang ini. Akibatnya, dolar AS mulai bangkit walau belum terlalu kuat.
Di Asia, dolar AS masih tertutup awan kelabu karena euforia investor atas kemungkinan perundingan dagang AS-China. Wall Street Journal memberitakan, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah mengirim pesan kepada Beijing untuk memulai kembali dialog seputar perdagangan.
Sebelumnya, investor dibuat cemas bukan main karena Presiden AS Donald Trump tetap berniat mengenakan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 200 miliar. Tidak berhenti di situ, Trump juga menyiapkan bea masuk bagi importasi dari China senilai US$ 267 miliar.
Beijing tidak kalah galak. Bahkan China sudah meminta restu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mengenakan bea masuk terhadap produk-produk AS, karena Negeri Adidaya dinilai tidak adil dalam menerapkan bea masuk anti-dumping.
Namun dengan adanya potensi pertemuan Washington-Beijing, kekhawatiran itu terhapus untuk sementara. Jika AS-China mencapai kesepakatan perdagangan, maka bisa saja rencana bea masuk itu batal.
Aura positif pun melanda pasar, dan memicu perilaku risk off alias berani mengambil risiko. Ada harapan hubungan dagang AS-China bisa dipulihkan dan perang dagang pun berakhir sehingga investor berani keluar dari pelukan safe haven assets.
Sejauh ini dolar AS memang masih tertekan di Asia. Namun bukan tidak mungkin greenback mampu menipiskan pelemahannya, seperti yang dilakukan terhadap rupiah. Oleh karena itu, mata uang Benua Kuning harus ekstra waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular