
Tadi Terbaik Kedua Asia, Rupiah Kini Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 September 2018 12:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah hingga tengah hari ini. Bahkan depresiasi rupiah semakin dalam seiring perjalanan pasar.
Pada Rabu (12/9/2018) pukul 12: 02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.885 di pasar spot. Rupiah melemah 0,22% dibandingkan penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Hijriah.
Kala pembukaan pasar spot hari ini, rupiah masih mampu menguat 0,22%. Bahkan rupiah sempat menjadi yang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yen Jepang.
Namun selepas itu, apresiasi rupiah terus menipis. Pada pukul 09:00 WIB, rupiah sudah resmi melemah dan terus terdepresiasi.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sejak pembukaan pasar hari ini:
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang yang mampu menguat, sisanya tidak bisa bertahan.
Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan depresiasi paling dalam. Rupiah menduduki peringkat kedua, disusul rupee India di posisi ketiga.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:10 WIB:
Sentimen perang dagang jadi alasan di balik keperkasaan dolar AS di Asia. Friksi dagang AS vs China semakin meruncing setelah perkembangan terbaru dari Washington dan Beijing.
Dalam pernyataannya kepada para jurnalis, Presiden AS Donald Trump menegaskan AS akan tetap bersikap tegas terhadap China. "AS akan mengambil sikap yang sangat tegas terhadap China dalam hal perdagangan," cetusnya dalam konferensi pers menyikapi Badai Florence, dikutip dari Reuters.
China pun tidak kalah garang, bahkan lebih konkret. Beijing telah melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.
China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA.
Perang dagang AS-China adalah isu yang sangat dipantau oleh pelaku pasar dunia, karena bisa menentukan nasib pertumbuhan ekonomi global. Jika hubungan AS-China terus memburuk dan saling hambat dalam perdagangan, maka dampaknya adalah kepada seluruh negara di dunia.
Oleh karena itu, investor akan cenderung bermain aman saat tensi perang dagang meninggi. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, akan ditanggalkan dan investor berlindung di bawah naungan safe haven yaitu yen dan dolar AS. Inilah alasan mengapa yen masih bisa bertahan.
Akibatnya, mata uang Asia cenderung tertekan hari ini. Rupiah yang awalnya menguat pun tidak bisa bertahan lama dan akhirnya terseret arus penguatan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Rabu (12/9/2018) pukul 12: 02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.885 di pasar spot. Rupiah melemah 0,22% dibandingkan penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Hijriah.
Kala pembukaan pasar spot hari ini, rupiah masih mampu menguat 0,22%. Bahkan rupiah sempat menjadi yang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yen Jepang.
Namun selepas itu, apresiasi rupiah terus menipis. Pada pukul 09:00 WIB, rupiah sudah resmi melemah dan terus terdepresiasi.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sejak pembukaan pasar hari ini:
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang yang mampu menguat, sisanya tidak bisa bertahan.
Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan depresiasi paling dalam. Rupiah menduduki peringkat kedua, disusul rupee India di posisi ketiga.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:10 WIB:
Sentimen perang dagang jadi alasan di balik keperkasaan dolar AS di Asia. Friksi dagang AS vs China semakin meruncing setelah perkembangan terbaru dari Washington dan Beijing.
Dalam pernyataannya kepada para jurnalis, Presiden AS Donald Trump menegaskan AS akan tetap bersikap tegas terhadap China. "AS akan mengambil sikap yang sangat tegas terhadap China dalam hal perdagangan," cetusnya dalam konferensi pers menyikapi Badai Florence, dikutip dari Reuters.
China pun tidak kalah garang, bahkan lebih konkret. Beijing telah melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.
China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA.
Perang dagang AS-China adalah isu yang sangat dipantau oleh pelaku pasar dunia, karena bisa menentukan nasib pertumbuhan ekonomi global. Jika hubungan AS-China terus memburuk dan saling hambat dalam perdagangan, maka dampaknya adalah kepada seluruh negara di dunia.
Oleh karena itu, investor akan cenderung bermain aman saat tensi perang dagang meninggi. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, akan ditanggalkan dan investor berlindung di bawah naungan safe haven yaitu yen dan dolar AS. Inilah alasan mengapa yen masih bisa bertahan.
Akibatnya, mata uang Asia cenderung tertekan hari ini. Rupiah yang awalnya menguat pun tidak bisa bertahan lama dan akhirnya terseret arus penguatan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular