Rupiah Terpeleset, dari Menguat Berbalik Melemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 September 2018 09:24
Rupiah Terpeleset, dari Menguat Berbalik Melemah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menguat kini sudah melemah. Rupiah sudah tersapu gelombang penguatan greenback yang berlangsung secara massal. 

Pada Rabu (12/9/2018) pukul 09:05 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.855. Rupiah sudah melemah 0,02%. Padahal saat pembukaan pasar, rupiah masih bisa menguat 0,22%.

Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah terus menipis sehingga akhirnya tidak bisa lagi bertahan di jalur hijau. Rupiah pun akhirnya terpeleset ke area depresiasi.
 


Kini, rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang juga cenderung melemah terhadap dolar AS. Depresiasi paling tajam dialami oleh won Korea, disusul oleh rupee India. Pelemahan rupiah yang masih 0,02% sebenarnya belum ada apa-apanya. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 09:10 WIB: 

 

Mata uang Asia tertekan akibat kekhawatiran perang dagang AS-China. Api hubungan Washington-Beijing kembali bergelora setelah perkembangan terbaru di kedua negara. 

Dalam pernyataannya kepada para jurnalis, Presiden Trump menegaskan AS akan tetap bersikap tegas terhadap China. "AS akan mengambil sikap yang sangat tegas terhadap China dalam hal perdagangan," cetusnya dalam konferensi pers menyikapi Badai Florence, dikutip dari Reuters. 

China pun tidak kalah garang, bahkan lebih konkret. Beijing telah melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.  

China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA

Perkembangan ini kian memanaskan friksi dagang Washington-Beijing. Perang dagang AS-China adalah isu yang sangat dipantau oleh pelaku pasar dunia, karena bisa menentukan nasib pertumbuhan ekonomi global.

Jika hubungan AS-China terus memburuk dan saling hambat dalam perdagangan, maka dampaknya adalah kepada seluruh negara di dunia. Oleh karena itu, investor akan cenderung bermain aman saat tensi perang dagang meninggi. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, akan ditanggalkan dan investor berlindung di bawah naungan safe haven seperti dolar AS atau yen.  

Akibatnya, mata uang Asia cenderung tertekan hari ini. Rupiah yang awalnya menguat pun tidak bisa bertahan lama dan akhirnya terseret arus penguatan greenback.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular