
Impor China di Agustus Masih Kuat, Harga Batu Bara Pulih
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 September 2018 12:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak acuan menguat 0,65% ke US$115,3/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Senin (10/9/2018).
Dengan pergerakan tersebut, harga si batu hitam mampu pulih pasca melemah 2,92% di sepanjang pekan lalu. Pelemahan mingguan sebesar itu bahkan merupakan yang terparah sejak Maret 2018, atau tepatnya dalam sepekan hingga tanggal 9 Maret 2018.
Faktor pendukung harga batu bara kemarin datang dari masih kuatnya impor batu bara China di bulan Agustus 2018. Sebagai informasi, China merupakan importir batu bara terbesar di dunia.
Masih kuatnya pembelian batu bara oleh Negeri Tirai Bambu mengindikasikan sehatnya permintaan batu bara dunia.
Sebelumnya, harga batu bara tertekan oleh buruknya data-data ekonomi China. Indeks manufaktur PMI China (versi Caixin/Markit) bulan Agustus 2018 diumumkan turun ke angka 50,6. Nilai itu merupakan yang terendah sejak Juni 2017. Penyebabnya adalah penjualan ekspor industri manufaktur Negeri Panda turun selama 5 bulan berturut-turut.
Sebelumnya, pertumbuhan produksi industri Negeri Panda bulan Juli juga hanya naik 6% secata tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 6,3% YoY. Sementara itu, investasi aset tetap di China juga hanya naik 5,5% YoY pada periode Januari-Juli 2018, meleset dari ekspektasi pasar yang meramalkan pertumbuhan sebesar 6% YoY.
Perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) nampaknya mulai memberikan dampak bagi perekonomian China. Saat aktivitas ekonomi di China melambat, pelaku pasar khawatir bahwa permintaan batu bara (sebagai sumber energi utama) akan melambat. Sentimen ini lantas menjadi pemberat utama bagi harga batu bara.
Terlebih, mata uang Yuan China sudah melemah sebesar 0,39% terhadap dolar AS di sepanjang bulan Agustus 2018. Catatan buruk itu melanjutkan depresiasi sebesar 2,82% di bulan sebelumnya. Saat yuan terus melemah terhadap greenback, maka biaya importase batu bara secara relatif akan lebih mahal.
Hal ini akhirnya menekan permintaan batu bara di China. Kedua faktor di atas akhirnya mampu menekan harga batu bara dalam beberapa pekan terakhir.
Namun, pada awal pekan ini, harga batu bara menemukan kekuatannya kembali. Pasalnya, mengutip survei Bloomberg terhadap data bea masuk, impor batu bara China tercatat masih cukup kuat di bulan Agustus 2018.
Impor batu bara China bulan lalu memang tercatat turun 1,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka setara 925.161 MT. Namun, capaian itu masih cukup dekat dengan rekor tertinggi sejak Januari 2014, yakni sebesar 935.806 MT yang dicapai pada bulan Juli 2018.
Artinya, kekhawatiran bahwa permintaan batu bara China akan anjlok seiring berlalunya musim panas, menjadi tidak terbukti. Kuatnya impor bulan lalu mengindikasikan Beijing masih "rajin" mengimpor batu bara meskipun musim panas sudah melewati puncaknya.
Permintaan impor China yang kuat nampaknya juga didukung oleh inspeksi lingkungan yang dilakukan pemerintah China terhadap sejumlah sentra produksi batu bara di Negeri Panda.
Inspeksi tersebut mengakibatkan produksi batu bara domestik China menjadi terbatas. Akhirnya keran impor pun dibuka lebih lebar demi memenuhi tingkat konsumsi yang tinggi.
(roy) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Dengan pergerakan tersebut, harga si batu hitam mampu pulih pasca melemah 2,92% di sepanjang pekan lalu. Pelemahan mingguan sebesar itu bahkan merupakan yang terparah sejak Maret 2018, atau tepatnya dalam sepekan hingga tanggal 9 Maret 2018.
Faktor pendukung harga batu bara kemarin datang dari masih kuatnya impor batu bara China di bulan Agustus 2018. Sebagai informasi, China merupakan importir batu bara terbesar di dunia.
![]() |
Sebelumnya, harga batu bara tertekan oleh buruknya data-data ekonomi China. Indeks manufaktur PMI China (versi Caixin/Markit) bulan Agustus 2018 diumumkan turun ke angka 50,6. Nilai itu merupakan yang terendah sejak Juni 2017. Penyebabnya adalah penjualan ekspor industri manufaktur Negeri Panda turun selama 5 bulan berturut-turut.
Sebelumnya, pertumbuhan produksi industri Negeri Panda bulan Juli juga hanya naik 6% secata tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 6,3% YoY. Sementara itu, investasi aset tetap di China juga hanya naik 5,5% YoY pada periode Januari-Juli 2018, meleset dari ekspektasi pasar yang meramalkan pertumbuhan sebesar 6% YoY.
Perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) nampaknya mulai memberikan dampak bagi perekonomian China. Saat aktivitas ekonomi di China melambat, pelaku pasar khawatir bahwa permintaan batu bara (sebagai sumber energi utama) akan melambat. Sentimen ini lantas menjadi pemberat utama bagi harga batu bara.
Terlebih, mata uang Yuan China sudah melemah sebesar 0,39% terhadap dolar AS di sepanjang bulan Agustus 2018. Catatan buruk itu melanjutkan depresiasi sebesar 2,82% di bulan sebelumnya. Saat yuan terus melemah terhadap greenback, maka biaya importase batu bara secara relatif akan lebih mahal.
Hal ini akhirnya menekan permintaan batu bara di China. Kedua faktor di atas akhirnya mampu menekan harga batu bara dalam beberapa pekan terakhir.
Namun, pada awal pekan ini, harga batu bara menemukan kekuatannya kembali. Pasalnya, mengutip survei Bloomberg terhadap data bea masuk, impor batu bara China tercatat masih cukup kuat di bulan Agustus 2018.
Impor batu bara China bulan lalu memang tercatat turun 1,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka setara 925.161 MT. Namun, capaian itu masih cukup dekat dengan rekor tertinggi sejak Januari 2014, yakni sebesar 935.806 MT yang dicapai pada bulan Juli 2018.
Artinya, kekhawatiran bahwa permintaan batu bara China akan anjlok seiring berlalunya musim panas, menjadi tidak terbukti. Kuatnya impor bulan lalu mengindikasikan Beijing masih "rajin" mengimpor batu bara meskipun musim panas sudah melewati puncaknya.
Permintaan impor China yang kuat nampaknya juga didukung oleh inspeksi lingkungan yang dilakukan pemerintah China terhadap sejumlah sentra produksi batu bara di Negeri Panda.
Inspeksi tersebut mengakibatkan produksi batu bara domestik China menjadi terbatas. Akhirnya keran impor pun dibuka lebih lebar demi memenuhi tingkat konsumsi yang tinggi.
(roy) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular