
Sabar, Hal Ini Bisa Buat Rupiah Menguat Tahun Depan
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 September 2018 17:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadapĀ dolar AS masih tertekan. Meski pada awal pembukaan perdagangan hari iniĀ rupiah melemah tipis, namun pada penutupan berakhir dengan depresiasi melebar.
Pada Senin (10/9/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.852 di pasar spot. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kala pembukaan, pelemahan rupiah hanya 0,03%.
Depresiasi nilai tukar, pun diperkirakan masih akan berlanjut tahun depan seiring dengan berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS, dan friksi perang dagang antara AS vs China.
Hal tersebut, tentu akan memberikan tekanan tersendiri bagi sejumlah mata uang negara, tak terkecuali rupiah. Mata uang Garuda, pun bisa saja menguat pada tahun depan dengan satu catatan. Apa itu?
"Kalau tahun depan FFR [Fed Fund Rate] sudah tinggal sedikit kenaikannya, tekanan [terhadap nilai tukar] berkurang," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, Senin (10/9/2018).
Pada tahun depan, bank sentral AS diperkirakan bakal kembali mengerek bunga acuan dua hingga tiga kali, sejalan dengan berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter negeri Paman Sam.
Tanpa mengesampingkan friksi perang dagang AS vs China, Bambang tak ragu menyebut arah kebijakan suku bunga AS bakal menentukan pergerakan mata uang dunia tahun depan.
"Paling penting FFR dulu. FFR tahun depan selesai naiknya, tekanan berkurang. Trade war kekhawatiran juga. Itu menambah masalah dari FFR. Masalah asalnya dari FFR," tegas Bambang.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, asumsi nilai tukar rupiah yang ditetapkan berada di level Rp 14.400/US$. Kalangan anggota perlemen, pun meminta asumsi itu diubah.
"Kita bicara rata-rata nilai tukar. Jadi memang tergantung kondisi tahun depan, tergantung perkembangan," jelas mantan Menteri Keuangan itu.
(dru) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Pada Senin (10/9/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.852 di pasar spot. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kala pembukaan, pelemahan rupiah hanya 0,03%.
Depresiasi nilai tukar, pun diperkirakan masih akan berlanjut tahun depan seiring dengan berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS, dan friksi perang dagang antara AS vs China.
![]() |
Hal tersebut, tentu akan memberikan tekanan tersendiri bagi sejumlah mata uang negara, tak terkecuali rupiah. Mata uang Garuda, pun bisa saja menguat pada tahun depan dengan satu catatan. Apa itu?
Tanpa mengesampingkan friksi perang dagang AS vs China, Bambang tak ragu menyebut arah kebijakan suku bunga AS bakal menentukan pergerakan mata uang dunia tahun depan.
"Paling penting FFR dulu. FFR tahun depan selesai naiknya, tekanan berkurang. Trade war kekhawatiran juga. Itu menambah masalah dari FFR. Masalah asalnya dari FFR," tegas Bambang.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, asumsi nilai tukar rupiah yang ditetapkan berada di level Rp 14.400/US$. Kalangan anggota perlemen, pun meminta asumsi itu diubah.
"Kita bicara rata-rata nilai tukar. Jadi memang tergantung kondisi tahun depan, tergantung perkembangan," jelas mantan Menteri Keuangan itu.
(dru) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular