
AS, AS, dan Selalu AS yang Timbulkan Guncangan Ekonomi Dunia
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 September 2018 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemulihan ekonomi global masih terus terjadi. Risiko ekonomi masih akan terus ada dengan kembalinya dana dari emerging markets ke negara-negara maju seperti sedia kala.
Normalisasi kebijakan moneter AS memberikan guncangan khusus ke negara-negara berkembang. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dua hal yang terjadi saat normalisasi kebijakan moneter AS.
"Normalisasi dari kebijakan moneter AS itu ada dua. Yaitu, pertama tingkat bunga dan kedua tingkat likuiditasnya," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (10/9/2018).
Normalisasi itu artinya mereka lakukan tahapan untuk menyesuaikan kembali dua tindakan. Sri Mulyani mengatakan dua tindakan tersebut adalah extra ordinary dalam rangka pada saat menghadapi krisis 2008.
"Pada saat itu, menurunkan bunga serendah mungkin dan mencetak dolar cukup banyak. Dengan demikian normalisasi kebiajkan moneter itu ada 2 impolikasi. Suku bunga akan dinaikkan, dan sesuai kemajuan pemulihan eko AS dan ancaman inflasi sesuai target inflasi yang ditetapkan Fed [bank sentral AS] pada level 2%," kata Sri Mulyani.
Atas dasar hal tersebut, dikatakan Sri Mulyani likuiditas secara bertahap dikurangi kembali. Dengan demikian likuiiditas akan disedot.
"Dolar AS adalah mata uang yang digunakan di dunia. Maka terjadi pengembalian dowside risk," tegasnya.
Trade War
Sri Mulyani juga mengatakan perkembangan kebijakan perdagangan AS juga memberikan dampak ke negara Indonesia.
"Kita mungkin sudah ikuti berita setiap hari pertama US$ 50 miliar impor dari China yang diberikan tarif Presiden Trump," tuturnya.
Selain itu kebijakan juga berlaku ke negara-negara lainya. "Ini adalah risiko kedua yang sangat nyata, karena AS lakuan, Kanda, Eropa, dan bahkan potensi terhadap Jepang bukan hanya China."
"Kondisi ini timbulkan dinamika pada 2018 yang tentu memberikan pengaruh risiko terhadap outlook di 2018 dan dipekriakan akan terus terjadi di 2019," tutup Menkeu.
(dru/dru) Next Article Dolar Diramal Sentuh Rp 15.000, Kapan & Apa Penyebabnya?
Normalisasi kebijakan moneter AS memberikan guncangan khusus ke negara-negara berkembang. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dua hal yang terjadi saat normalisasi kebijakan moneter AS.
"Normalisasi dari kebijakan moneter AS itu ada dua. Yaitu, pertama tingkat bunga dan kedua tingkat likuiditasnya," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (10/9/2018).
![]() |
"Pada saat itu, menurunkan bunga serendah mungkin dan mencetak dolar cukup banyak. Dengan demikian normalisasi kebiajkan moneter itu ada 2 impolikasi. Suku bunga akan dinaikkan, dan sesuai kemajuan pemulihan eko AS dan ancaman inflasi sesuai target inflasi yang ditetapkan Fed [bank sentral AS] pada level 2%," kata Sri Mulyani.
Atas dasar hal tersebut, dikatakan Sri Mulyani likuiditas secara bertahap dikurangi kembali. Dengan demikian likuiiditas akan disedot.
"Dolar AS adalah mata uang yang digunakan di dunia. Maka terjadi pengembalian dowside risk," tegasnya.
Trade War
Sri Mulyani juga mengatakan perkembangan kebijakan perdagangan AS juga memberikan dampak ke negara Indonesia.
"Kita mungkin sudah ikuti berita setiap hari pertama US$ 50 miliar impor dari China yang diberikan tarif Presiden Trump," tuturnya.
Selain itu kebijakan juga berlaku ke negara-negara lainya. "Ini adalah risiko kedua yang sangat nyata, karena AS lakuan, Kanda, Eropa, dan bahkan potensi terhadap Jepang bukan hanya China."
"Kondisi ini timbulkan dinamika pada 2018 yang tentu memberikan pengaruh risiko terhadap outlook di 2018 dan dipekriakan akan terus terjadi di 2019," tutup Menkeu.
(dru/dru) Next Article Dolar Diramal Sentuh Rp 15.000, Kapan & Apa Penyebabnya?
Most Popular