BI Optimistis Rupiah Bakal Menguat Sepekan Ini

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 September 2018 07:52
Bank Indonesia (BI) optimistis masih ada ruang penguatan bagi rupiah terhadap dolar AS.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun, greenback disebut siap membombardir lagi sejumlah mata uang negara-negara di dunia, tak terkecuali rupiah, pada pekan ini menyusul positifnya data ekonomi AS yang diumumkan pekan lalu.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) sebagai garda terdepan penjaga stabilitas nilai tukar rupiah tak sepakat dengan pendapat tersebut. Bank sentral optimistis masih ada ruang penguatan bagi mata uang Garuda.



"Ruang bagi rupiah untuk melanjutkan penguatan seperti dalam tiga hari terakhir tetap terbuka lebar," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, dikutip hari Senin (10/9/2018).

Sepanjang pekan lalu, rupiah memang terdepresiasi 0,61% terhadap dolar AS. Namun, dalam dua hari perdagangan terakhir sebelum akhir pekan, rupiah berhasil menguat 0,3% dan 0,47%, ditopang sentimen positif dari eksternal maupun domestik.

Cadangan Devisa RIFoto: Infografis/Cadangan Devisa/Edward Ricardo
Cadangan Devisa RI
Meski demikian, data tenaga kerja yang dirilis Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang positif bukan tidak mungkin memberikan suntikan tenaga bagi greenback untuk kembali menguat, bahkan bergerak liar terhadap mata uang lain termasuk rupiah.

Membaiknya data ketenagakerjaan negeri Paman Sam, perlu ditindaklanjuti dengan kenaikan bunga acuan untuk mengantisipasi agar ekonomi Paman Sam tidak kepanasan. Jika dibiarkan, laju perekonomian bakal tak terkendali, dan menciptakan masalah baru, menurut Tim Riset CNBC Indonesia.

Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin ke 2%-2,5% pada bulan ini, mencapai 99% alias hampir pasti. Hal ini, tentu menjadi kabar yang kurang baik bagi sejumlah mata uang, tak terkecuali rupiah.

"Terlepas dari membaiknya data tenaga kerja AS yang dirilis akhir pekan lalu, sejak Juni lalu kenaikkan suku bunga The Fed di September ini sudah masuk perhitungan pelaku pasar keuangan global," kata Nanang.

Menurutnya, penguatan rupiah pada seminggu ke depan akan ditopang dari kembalinya pasokan devisa dari korporasi. Dalam beberapa hari terakhir, BI pun tak memungkiri penguatan rupiah ditopang aliran devisa dari pengusaha.



"Kami mengharapkan pasar valuta asing tetap terjaga likuid dan efisien sehingga turut menopang kestabilan kurs rupiah," tegas Nanang.

BI menegaskan akan senantiasa berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Bank sentral tidak akan membiarkan mata uang Garuda terlempar jauh dari fundamentalnya.

"BI tetap konsisten selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah," kata dia.
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular