Rupiah Anjlok, Bunga Obligasi Dolar AS Jadi Beban Penerbit

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 September 2018 19:51
Penerbit obligasi juga harus mencari dolar AS, yang tentunya dapat membuat pasar kian tertekan.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah efek utang korporasi Indonesia berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) mencapai US$ 43,64 miliar (setara Rp 646,72 triliun). 

Jumlah itu pun harus disandingkan dengan kupon bunga US$ 1,65 miliar (setara Rp 24,45 triliun) yang harus dibayarkan entitas penerbit itu setiap tahunnya kepada investor. 

Data yang berhasil dirangkum Tim Riset CNBC Indonesia menunjukkan ada 85 seri efek utang tersebut, baik berupa obligasi publik maupun surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) yang jatuh tempo hingga 2048, baik berupa BUMN maupun swasta yang totalnya 31 korporasi. 

Hal itu menunjukkan relatif mahalnya beban pinjaman (cost of fund) yang harus dipikul penerbit surat utang, terlebih menghadapi tekanan terhadap nilai tukar rupiah beberapa pekan terakhir yang mencapai level terendah sejak krisis moneter 1998. 

Di tengah tekanan terjadap mata uang garuda tersebut, maka setiap tahunnya, perusahaan swasta dan BUMN itu harus mencari dolar AS bernilai sekitar US$ 1,65 miliar, yang tentu dapat menekan pasar.

Hal tersebut tentunya harus diimbangi dengan kontrak lindung nilai (hedging) guna meminimalisir risiko mata uang ke depannya. 

Dalam data tersebut, kami juga masih memasukkan enam seri efek dari tiga perusahaan yang masih beredar dan tercatat. Ketiganya adalah PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). 

Data tersebut juga menunjukkan 56 seri efek memiliki kupon di atas 5% dan sisanya di bawah level tersebut. Ada juga beberapa efek yang tidak dibebankan kupon karena besar kemungkinan sedang berada dalam proses restrukturisasi. Beberapa di antaranya adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), dab PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).        



TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/ray) Next Article The Mighty Rupiah, Ini Faktor Pendorong Penguatan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular