
Ini Penyebab Rupiah Perkasa Versi BI
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 September 2018 17:39

Jakarta, CNBC Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (7/9/2018) ditutup pada level Rp 14.820 per dolar AS. Apabila dibandingkan dengan kemarin, rupiah menguat 0,47% atau yang tertinggi di Asia.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, mengatakan penguatan rupiah Jumat ini terjadi di tengah sentimen positif dari melemahnya dolar AS.
Hal itu dipengaruhi kabar Presiden AS Donald Trump mengancam trade fight dengan Jepang. Sentimen lain adalah penguatan poundsterling atas ekspektasi perkembangan positif dari proses negosiasi Brexit.
Selain itu, pelemahan dolar AS juga dipengaruhi oleh rilis data AS yang mixed (US Factory Orders dan Markit US Services yang melemah vs US ISM Non Manufacturing yang menguat) menjelang rilis data ketenagakerjaan malam ini.
Proyeksi yang ada, yaitu US Nonfarm Payroll dan Unemployment Rate diekspektasikan membaik.
Pada sesi siang, lanjut Nanang, rupiah sempat mengalami tekanan pelemahan karena tingginya permintaan valas. Utamanya oleh korporasi dan repositioning dana portofolio asing dari obligasi dan saham.
"Untuk menjaga momentum positif dan memperkuat kepercayaan terhadap rupiah, BI tetap berada di pasar," kata Nanang kepada CNBC Indonesia.
Ia menjelaskan, rupiah selanjutnya menguat sehingga mendorong masuknya kembali portofolio dana asing ke surat berharga negara (SBN). Pada sesi siang tercatat net inflows ke SBN sebesar Rp 200 miliar.
Selain didorong penguatan rupiah, menurut Nanang, masuknya dana asing juga didukung oleh imbal hasil SBN yang sudah sangat menarik.
Berdasarkan data, yield SUN 10 thn (seri FR 64) hari ini ditutup di level 8,47%, turun 7 bps dari level penutupan kemarin. Bila dibandingkan dengan yield US Treasury Bond 10 tahun, selisihnya sudah lebar di 558,27 bps.
(miq/miq) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, mengatakan penguatan rupiah Jumat ini terjadi di tengah sentimen positif dari melemahnya dolar AS.
Hal itu dipengaruhi kabar Presiden AS Donald Trump mengancam trade fight dengan Jepang. Sentimen lain adalah penguatan poundsterling atas ekspektasi perkembangan positif dari proses negosiasi Brexit.
Proyeksi yang ada, yaitu US Nonfarm Payroll dan Unemployment Rate diekspektasikan membaik.
"Untuk menjaga momentum positif dan memperkuat kepercayaan terhadap rupiah, BI tetap berada di pasar," kata Nanang kepada CNBC Indonesia.
Ia menjelaskan, rupiah selanjutnya menguat sehingga mendorong masuknya kembali portofolio dana asing ke surat berharga negara (SBN). Pada sesi siang tercatat net inflows ke SBN sebesar Rp 200 miliar.
Selain didorong penguatan rupiah, menurut Nanang, masuknya dana asing juga didukung oleh imbal hasil SBN yang sudah sangat menarik.
Berdasarkan data, yield SUN 10 thn (seri FR 64) hari ini ditutup di level 8,47%, turun 7 bps dari level penutupan kemarin. Bila dibandingkan dengan yield US Treasury Bond 10 tahun, selisihnya sudah lebar di 558,27 bps.
![]() |
(miq/miq) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular