
DIhantam Perang Dagang AS-China, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 September 2018 17:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak ditutup di zona merah untuk mengakhiri pekan ini: indeks Nikkei turun 0,8%, indeks Kospi turun 0,26%, indeks Strait Times turun 0,42%, dan indeks Hang Seng turun 0,01%.
Kekhawatiran mengenai perang dagang antara AS dan China membuat investor menjauhi bursa saham Benua Kuning. Kemarin (6/9/2018), tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar sudah berakhir.
Sebelumnya telah beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Mengutip Bloomberg, perusahaan-perusahaan teknologi dan ritel ternama asal AS telah berusaha meyakinkan Trump untuk membatalkan pengenaan bea masuk tersebut. Cisco Systems Inc. dan Hewlett-Packard Enterprise Co. merupakan contoh perusahaan teknologi yang menyuarakan penolakannya.
Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.
Kementerian Perdagangan China kemarin sudah menyatakan bahwa Beijing akan meluncurkan aksi balasan jika AS tetap bersikeras mengeksekusi rencananya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir
Kekhawatiran mengenai perang dagang antara AS dan China membuat investor menjauhi bursa saham Benua Kuning. Kemarin (6/9/2018), tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar sudah berakhir.
Sebelumnya telah beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.
Kementerian Perdagangan China kemarin sudah menyatakan bahwa Beijing akan meluncurkan aksi balasan jika AS tetap bersikeras mengeksekusi rencananya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular