
Amunisi Dolar AS Sudah Keluar, Rupiah Mulai Melemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 September 2018 10:27

Dolar AS memang sedang sulit ditandingi. Setelah sempat terkoreksi, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,01%.
Dolar AS sudah mengeluarkan amunisinya yaitu jelang rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.
Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif kian terbuka. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin ke 2-2,5% mencapai 99% alias hampir pasti.
Dolar AS pun semakin punya alasan untuk menguat. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS akan naik, dan ini tentu menarik minat investor yang mencari cuan.
Selain itu, investor juga bergerak hati-hati menantikan kabar dari Washington. Tahapan dengar pendapat atas rencana pengenaan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir pada Kamis ini waktu AS. Kabarnya, Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi bea masuk ini segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Sampai saat ini belum ada berita dari Gedung Putih maupun cuitan Trump mengenai hal ini. Namun kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi terbuka lebar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Aset-aset berisiko di negara berkembang bisa kapan saja dilepas dan investor beralih ke instrumen yang dianggap aman (safe haven). Saat ini, safe haven yang paling digemari pelaku pasar adalah dolar AS dan instrumen berbasis mata uang ini.
Kemarin rupiah mampu perkasa dan menguat 0,3% di hadapan dolar AS. Namun hari ini, sepertinya rupiah harus siap menerima amukan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS sudah mengeluarkan amunisinya yaitu jelang rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.
Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif kian terbuka. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin ke 2-2,5% mencapai 99% alias hampir pasti.
Selain itu, investor juga bergerak hati-hati menantikan kabar dari Washington. Tahapan dengar pendapat atas rencana pengenaan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir pada Kamis ini waktu AS. Kabarnya, Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi bea masuk ini segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Sampai saat ini belum ada berita dari Gedung Putih maupun cuitan Trump mengenai hal ini. Namun kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi terbuka lebar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Aset-aset berisiko di negara berkembang bisa kapan saja dilepas dan investor beralih ke instrumen yang dianggap aman (safe haven). Saat ini, safe haven yang paling digemari pelaku pasar adalah dolar AS dan instrumen berbasis mata uang ini.
Kemarin rupiah mampu perkasa dan menguat 0,3% di hadapan dolar AS. Namun hari ini, sepertinya rupiah harus siap menerima amukan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular