Berpotensi Naik, Pelaku Pasar Obligasi Mulai Disarankan Beli

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 September 2018 09:10
Ada sinyal dari Bank Indonesia (BI) yang siap kembali menaikkan suku bunga acuan.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar surat utang pemerintah disarankan untuk mulai membeli dengan volume kecil hari ini. 

Rekomendasi diberikan PT Kiwoom Sekuritas Indonesia dalam risetnya hari ini (7/9/18). Tim riset sekuritas tersebut merekomendasikan beli di pasar surat berharga negara (SBN) setelah ada sinyal dari bank sentral dari pernyataan 'pre-emptive front loaded (menumpuk beban di depan lebih awal)' untuk menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya hingga akhir tahun guna memastikan stabilitas. 

Pernyataan tersebut disampaikan Bank Indonesia di tengah tingkat volatilitas rupiah yang kian liar dan sedang bersiap menghadapi potensi kenaikkan bank sentral Amerika Serikat (AS) yaitu The Fed pada September. 

Kiwoom Sekuritas memprediksi pagi ini pasar obligasi akan dibuka menguat dengan potensi menguat sepanjang perdagangan. Penguatan ini telah dikonfirmasi pada penutupan kemarin yang menunjukkan sinyal menguat. 

Meskipun penguatan ini tidak dalam jangka waktu yang panjang, tetapi cukup sebagai syarat sebelum mengalami pelemahan lebih lanjut. Pelemahan lebih lanjut ini sudah diindikasikan dari keluarnya asing dari pasar obligasi dari sebelumnya 37,6% dari totan SBN rupiah beredar pada akhir bulan lalu, menjadi 37,2% per kemarin. 

Pasar obligasi kemarin mulai mencapai batas penurunan harga, sehingga berpotensi mengalami kenaikkan harga. Kenaikan sesaat ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan penurunan lebih lanjut, karena posisinya yang sudah oversold

Kemarin, imbal hasil obligasi pemerintah di zona Amerika ditutup bervariasi, didominasi oleh kenaikan harga yang berarti penurunan tingkat imbal hasil (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Pasar obligasi pemerintah zona Eropa didominasi oleh kenaikan harga dan penurunan yield. Di Asia Pasifik, pasar surat utang pemerintah di zona itu didominasi oleh kenaikan harga dan penurunan yield. Kiwoom Sekuritas mencatat kenaikan imbal hasil terbesar terjadi di India (8,05%) dan penurunan imbal hasil terbesar ada di Indonesia (8,44%). 

Pasar obligasi Indonesia tenor 10 tahun ditutup menguat dengan penurunan yield menjadi 8,56% dari sebelumnya 8,62%. Yield obligasi 20 tahun masih naik menjadi 9,09% dari 8,95%. Rupiah ditutup menguat menjadi Rp 14.893 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.938. 

Total transaksi dan frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya seiring dengan adanya kenaikanharga obligasi. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 1tahun - 3 tahun, diikuti dengan 7 tahun - 10 tahun dan 10 tahun - 15 tahun. Sisanya merata disemua tenor hingga 20 tahun. Obligasi tenor panjang, yang lebih dari 25 tahun juga mulai aktif ditransaksikan dibandingkan hari sebelumnya. 

Secara terpisah, PT Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya menyatakan harga SBN secara umum diperkirakan masih bergerak bervariasi pada hari ini. Sentimen positif bagi harga SUN didorong turunnya yield SBN AS (US Treasury) sebagai akibat dari rendahnya penyerapan tenaga kerja AS versi ADP dan pertumbuhan negatif biaya tenaga kerja AS di kuartal II-2018. 

Namun, pelaku pasar diperkirakan sedang mengantisipasi adanya sentimen negatif dari rilis data cadangan devisa Indonesia (sore nanti) dan kelanjutan rilis data tenaga kerja AS (malam nanti). 

Teredamnya koreksi pasar SBN kemarin diklaim karena disebabkan meredanya tekanan dari Argentina, Turki, dan Afrika Selatan. Hal itu  tercermin dari menguatnya nilai tukar mata uang ketiga negara tersebut terhadap dolar AS di mana nilai tukar Argentina Peso menguat sebesar 2,76% ke level 37,42 Argentina Peso sementara Lira Turki dan Rand mengalami apresiasi masing-masing  sebesar 0,28% ke level 6,58 Lira dan sebesar 0,58% ke level 15,33.  

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular