Ada Angin Segar dari Korea, Bursa Saham Asia Tetap Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 September 2018 17:09
Bursa saham utama kawasan Asia kompak ditutup di zona merah.
Foto: REUTERS/Aly Song
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak ditutup di zona merah: indeks Nikkei turun 0,41%, indeks Shanghai turun 0,47%, indeks Strait Times turun 0,27%, indeks Kospi turun 0,18%, dan indeks Hang Seng turun 0,99%.

Kehadiran angin segar dari semenanjung Korea tak mampu mengangkat kinerja bursa saham Benua Kuning. Pasca bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pyongyang, pejabat pemerintahan Korea Selatan mengatakan bahwa Kim terbuka untuk opsi denukilirisasi yang lebih "kuat" jika pihak AS mengambil langkah-langkah yang mengakui penangguhan uji coba senjata nuklir yang sudah dilakukan pihaknya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Korea Selatan dan Utara juga setuju untuk menggelar kunjungan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in ke ibu kota Korea Utara pada 18-20 September. Moon dan Kim akan membicarakan denuklirirsasi, penciptaan perdamaian, dan dan langkah-langkah detil untuk meredakan ketegangan di bidang militer, papar Chung Eui-yong yang merupakan pimpinan dari South Korean National Security Office.

Pelaku pasar dibuat cemas sembari menantikan kelanjutan dari perang dagang antara AS dengan China dan Kanada.

Pada hari ini, tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.

Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.

Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.

Dengan Kanada, kemarin AS melanjutkan negosiasi terkait dengan pembaruan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Kabar terakhir, Trump menyebut bahwa negosiator dari kedua negara sedang berdiskusi secara intens.

"Jika itu (negosiasi) tidak berhasil, maka itu akan baik-baik saja untuk negara kita namun tidak untuk Kanada," papar Trump pada hari Rabu, seperti dikutip dari Wall Street Journal.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular