
Perang Dagang AS-China Jadi Fokus, Bursa Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 September 2018 09:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah pada pagi hari ini: indeks Nikkei turun 0,54%, indeks Kospi turun 0,13%, Indeks Shanghai turun 0,25%, dan indeks Hang Seng turun 0,64%.
Isu perang dagang masih menjadi perhatian utama dari investor. Pada hari ini, tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit neraca dagang pada Juli 2018 yang sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir. Sementara itu, defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar, naik 10% YoY.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan hasil pertemuan dari AS-Kanada terkait dengan pembaruan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang mulai dilanjutkan kemarin (5/9/2018). Kabar terakhir, Trump menyebut bahwa negosiator dari kedua negara sedang berdiskusi secara intens.
"Jika itu (negosiasi) tidak berhasil, maka itu akan baik-baik saja untuk negara kita namun tidak untuk Kanada," papar Trump pada hari Rabu, seperti dikutip dari Wall Street Journal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Isu perang dagang masih menjadi perhatian utama dari investor. Pada hari ini, tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit neraca dagang pada Juli 2018 yang sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir. Sementara itu, defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar, naik 10% YoY.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan hasil pertemuan dari AS-Kanada terkait dengan pembaruan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang mulai dilanjutkan kemarin (5/9/2018). Kabar terakhir, Trump menyebut bahwa negosiator dari kedua negara sedang berdiskusi secara intens.
"Jika itu (negosiasi) tidak berhasil, maka itu akan baik-baik saja untuk negara kita namun tidak untuk Kanada," papar Trump pada hari Rabu, seperti dikutip dari Wall Street Journal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular