
Operasi Penyelamatan Rupiah a la Jokowi Diapresiasi Pasar
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 September 2018 08:51

Rupiah dan sejumlah mata uang Asia berhasil memanfaatkan momentum koreksi yang dialami greenback. Pada pukul 08:31 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,19%.
Laju dolar AS melambat setelah poundsterling Inggris mampu menyeruak dengan penguatan 0,37% pada perdagangan kemarin. Apresiasi mata uang Negeri Ratu Elizabeth terjadi setelah Inggris dan Jerman dikabarkan segera mencapai kesepakatan mengenai Brexit.
Mengutip Reuters, Jerman (perekonomian terbesar di Uni Eropa) bersedia untuk menerima proposal yang diajukan Inggris untuk bercerai dari Uni Eropa. Sementara pihak Inggris juga bersedia untuk tetap menjaga hubungan dengan Uni Eropa.
Kabar itu menjadi pendorong laju sterling, sehingga dolar AS tertekan. Tidak hanya terhadap mata uang utama, pelemahan dolar AS pun menjalar hingga Benua Kuning.
Rupiah bisa menguat signifikan juga karena dorongan faktor domestik. Sepertinya investor angkat topi terhadap upaya pemerintahan Jokowi yang all out untuk menyelamatkan rupiah yang sudah melemah 9,2% sejak awal tahun.
Kemarin, Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri di bawah komandonya memperkenalkan operasi baru untuk menyelamatkan rupiah dan transaksi berjalan (current account). Upaya tersebut adalah menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 yang dikenakan atas impor sejumlah barang.
Akan ada 1.147 barang impor yang terkena kenaikan PPh. Rinciannya, 719 produk naik dari 2,5% menjadi 7,5%, 218 produk naik dari 2,5% menjadi 10%, dan 210 produk naik dari 7,5% menjadi 10%.
Produk mengalami kenaikan PPh 22 dari 2,5% menjadi 7,5% di antaranya adalah keramik, perangkat audio-visual seperti kabel dan box speaker, atau produk tekstil seperti overcoat, polo shirt, dan pakaian renang. Kemudian yang naik dari 2,5% menjadi 10% contohnya barang-barang elektronik (dispenser air, pendingin ruangan, lampu), keperluan sehari-hari (sabun mandi, shampo, kosmetik), serta perlatan dapur. Sedangkan yang naik dari 7,5% menjadi 10% adalah kategori barang mewah seperti mobil atau sepeda motor besar.
Pada 2017, nilai impor 1.147 produk ini adalah US$ 6,6 miliar. Bila impor produk-produk ini berhasil ditekan karena disinsentif fiskal, maka diharapkan rupiah tidak akan terlalu tertekan karena devisa yang 'terbang' ke luar negeri berkurang. Kalau devisa yang dihemat bisa mencapai miliaran dolar AS, itu sesuatu yang lumayan.
Tidak hanya menghemat devisa, kebijakan ini juga bisa merangsang pertumbuhan industri dalam negeri. Dunia usaha di dalam negeri harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, sementara impor sudah tidak bisa semudah dulu. Industri domestik akan terlecut untuk meningkatkan produksi mereka.
Selain itu, pemerintah juga berpotensi mendapat tambahan penerimaan pajak. Ini akan membuat fiskal Indonesia semakin kuat dan sehat, sehingga mampu membiayai aktivitas pemerintah maupun perekonomian. Ketergantungan terhadap utang bisa berkurang.
Apresiasi investor terhadap upaya all out pemerintah ditunjukkan dengan memborong rupiah. Akibatnya, rupiah pun menguat dan menjadi mata uang terbaik Asia, sejauh ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Laju dolar AS melambat setelah poundsterling Inggris mampu menyeruak dengan penguatan 0,37% pada perdagangan kemarin. Apresiasi mata uang Negeri Ratu Elizabeth terjadi setelah Inggris dan Jerman dikabarkan segera mencapai kesepakatan mengenai Brexit.
Mengutip Reuters, Jerman (perekonomian terbesar di Uni Eropa) bersedia untuk menerima proposal yang diajukan Inggris untuk bercerai dari Uni Eropa. Sementara pihak Inggris juga bersedia untuk tetap menjaga hubungan dengan Uni Eropa.
Rupiah bisa menguat signifikan juga karena dorongan faktor domestik. Sepertinya investor angkat topi terhadap upaya pemerintahan Jokowi yang all out untuk menyelamatkan rupiah yang sudah melemah 9,2% sejak awal tahun.
Kemarin, Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri di bawah komandonya memperkenalkan operasi baru untuk menyelamatkan rupiah dan transaksi berjalan (current account). Upaya tersebut adalah menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 yang dikenakan atas impor sejumlah barang.
Akan ada 1.147 barang impor yang terkena kenaikan PPh. Rinciannya, 719 produk naik dari 2,5% menjadi 7,5%, 218 produk naik dari 2,5% menjadi 10%, dan 210 produk naik dari 7,5% menjadi 10%.
Produk mengalami kenaikan PPh 22 dari 2,5% menjadi 7,5% di antaranya adalah keramik, perangkat audio-visual seperti kabel dan box speaker, atau produk tekstil seperti overcoat, polo shirt, dan pakaian renang. Kemudian yang naik dari 2,5% menjadi 10% contohnya barang-barang elektronik (dispenser air, pendingin ruangan, lampu), keperluan sehari-hari (sabun mandi, shampo, kosmetik), serta perlatan dapur. Sedangkan yang naik dari 7,5% menjadi 10% adalah kategori barang mewah seperti mobil atau sepeda motor besar.
Pada 2017, nilai impor 1.147 produk ini adalah US$ 6,6 miliar. Bila impor produk-produk ini berhasil ditekan karena disinsentif fiskal, maka diharapkan rupiah tidak akan terlalu tertekan karena devisa yang 'terbang' ke luar negeri berkurang. Kalau devisa yang dihemat bisa mencapai miliaran dolar AS, itu sesuatu yang lumayan.
Tidak hanya menghemat devisa, kebijakan ini juga bisa merangsang pertumbuhan industri dalam negeri. Dunia usaha di dalam negeri harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, sementara impor sudah tidak bisa semudah dulu. Industri domestik akan terlecut untuk meningkatkan produksi mereka.
Selain itu, pemerintah juga berpotensi mendapat tambahan penerimaan pajak. Ini akan membuat fiskal Indonesia semakin kuat dan sehat, sehingga mampu membiayai aktivitas pemerintah maupun perekonomian. Ketergantungan terhadap utang bisa berkurang.
Apresiasi investor terhadap upaya all out pemerintah ditunjukkan dengan memborong rupiah. Akibatnya, rupiah pun menguat dan menjadi mata uang terbaik Asia, sejauh ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular