Ini Kata Analis Soal Penurunan Dalam IHSG Hari Ini

Monica Wareza & Tito Bosnia, CNBC Indonesia
05 September 2018 19:49
Penurunan pasar saham hari ini disebabkan faktor eksternal dan internal.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indreks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup anjlok 3,76% ke level 5.683. Pelemahan tersebut didorong oleh memerahnya saham-saham emiten yang berasal dari seluruh sektor.

Begini kata analis terkait tekanan yang melanda IHSG hari ini.

Muhammad Alfatih, Analis Samuel Sekuritas:
Investor domestik turut memberikan respons negatif saat IHSG turun dengan melakukan short sell akibat rupiah yang terus melemah menghadapi Dolar Anerika Serikat (AS).

"Kemudian ditambah lagi kita ini termasuk kategori sebagai negara emerging market, jadi tekanan ya juga dari Turki ditambah lagi dengan tekanan bursa regional yang minus semua," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/9/18).

Menurut Alfatih seharusnya emiten-emiten dari sektor pertambangan dan agrikultur tidak memiliki dampak yang signifikan dari pelemahan rupiah saat ini.

"Harusnya kan sektor mining itu ya. Tetapi juga kan hari ini minus juga, bahkan mungkin termasuk yang cukup besar kita yang efeknya paling kecil itu sektor Agrikultur. Selama ini kan peningkatan pergerakan dia lebih kecil dibandingkan sektor lain jadi mungkin tidak terlalu berdampak," tambahnya.
Norico Gaman, Kepala Riset BNI Securities
Faktor eksternal masih mendominasi efek negatif pada tekanan pelemahan Rupiah terhadap dolar AS dan tekanan terhadap IHSG. Sementara faktor internal masih relatif bagus spt faktor inflasi yg rendah sekitar 3,2%, daya beli masyarakat yg masih terjaga serta pertumbuhan ekonomi nasional yg masih positif.

Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan kebijakan ekonomi yang antisipatif agar dapat menahan pelemahan rupiah, terutama mengurangi current accouunt deficit (CAD). Caranya, diantraanya melakukan pengurangan import barang-barang non produktif.

Peningkatan devisa dengan menggenjot ekspor, pariwisata, dan remmitance. Selain itu perlu meningkatkan penggunaan B20 utk mengurangi impor minyak shg bisa menghemat devisa.

Indra, Analis Henan Putihrai
Sementara itu, analis Henan Putihrai, Indra menambahkan bahwa perkiraan bank sentral AS The Fed yang akan menaikan kembali suku bunga acuannya hingga dua kali lagi hingga akhir tahun ini rupanya memberikan sentimen negatif tambahan bagi para pelaku pasar.

Menurut perkiraannya, hari ini para investor diperkirakan terkena panic selling akibat berbagai sentimen negatif yang saling berkonsolidasi.

"Kalau misalnya besok rebound, berarti benar kalau hari ini merupakan panic selling. Jadi kayaknya rata-rata orang takut juga dengan capital market saat ini," ujarnya.

Selain itu sentimen dari memanasnya perang dagang diantaranya Presiden AS yang akan segera mengumumkan penerapan tarif baru senilai US$ 200 miliar terhadap produk-produk tambahan Cina membuat investor khawatir atas kebijakan tersebut.

"Jadi itu juga ditambah dengan berita-berita yang tidak bagus dari berbagai negara emerging market diantaranya Argentina, Turki, Afrika Selatan hingga Venezuela," tambahnya.

Ia menambahkan, meskipun terdapat berbagai emiten yang diuntungkan dengan pelemahan rupiah tersebut. Namun, permintaan (demand) dari negara penerima ekspor belum tentu masih menjanjikan dengan kondisi perekonomian global saat ini.

"Mungkin kalau persisnya, semua sektor yang orientasi ekspor akan mengimunisasi pelemahan rupiah. Namun demand-nya sendiri kan belum tahu misalnya seperti India yang menerima minyak sawit (crude palm oil/CPO) juga bergejolak," ujar Indra.
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular