
Separah Apa Kurs Rupiah Dibandingkan Negara Emerging?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
05 September 2018 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia- Pada awal bulan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan berat. Bagaimana tidak, hanya dalam dua hari posisi rupiah menembus level psikologis Rp 14.900/US$. Di tengah minimnya sentimen positif dari domestik, situasi ekonomi global ditengarai menjadi faktor penyebab terjadinya kondisi tersebut.
Pada awal tahun, posisi rupiah di awal tahun masih di level Rp 13.565/US$. Namun pada saat ini, rupiah telah bertengger di posisi Rp 14.926/US$ atau naik hampir Rp 1.300/US$.
Depresiasi rupiah pun telah menyentuh 10% secara Year-to-Date (Ytd). Lantas bagaimana dibandingkan dengan negara-negara berkembang? Rupanya nasib rupiah masih lebih baik dibandingkan peso Argentina, lira Turki, real Brazil, rand Afrika Selatan dan rupee India.
Meskipun nasib rupiah tidak separah mata-mata uang negara-negara tersebut, namun tetap saja pelemahan ini bisa terus berlanjut. Kebijakan moneter Federal Reserve/The Fed yang diperkirakan masih agresif di sisa 2018, menjadi ancaman utama di depan mata. Sejak awal tahun, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali. Kebijakan tersebut berpotensi berlanjut seiring data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bagus.
Terbaru, inflasi inti bulan agustus di Negeri Paman Sam telah mencapai target the Fed yaitu 2%. Belum cukup sampai disitu. Pada Jumat (7/8/2018) kantor statistik setempat akan melaporkan besaran tingkat penggangguran. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan, tingkat pengangguran di AS akan turun ke 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir.
Data ini akan semakin meyakinkan The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan, terutama melindungi perekonomian AS dari overheating. Bahkan survei CME The Fed Watch meyakini hal tersebut dengan tingkat keyakinan mencapai 99,8%. Situasi ini akan mendorong investor ramai-ramai memburu dolar AS. Pergerakan dolar index (menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama pada pukul 15:20 WIB, menguat 0,15%.
Belum cukup disitu, anjloknya beberapa mata uang seperti di Turki, Argentina, Brazil dan sekarang Afrika Selatan menyebabkan kondisi ekonomi global kurang kondusif. Investor ramai-ramai menarik dananya dari pasar keuangan termasuk Indonesia. Pada pukul 15:24 WIB, aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing telah mencapai Rp 780,48 miliar.
Situasi tersebut menyebabkan pelemahan rupiah semakin tidak tertahankan. Pada pukul 15:25 WIB, pelemahan rupiah mulai berlanjut ke posisi Rp 14.940/US$. Selama belum ada sentimen positif dari domestik, posisi rupiah menembus Rp 15.000/US$ bisa terjadi dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pada awal tahun, posisi rupiah di awal tahun masih di level Rp 13.565/US$. Namun pada saat ini, rupiah telah bertengger di posisi Rp 14.926/US$ atau naik hampir Rp 1.300/US$.
![]() |
![]() |
Meskipun nasib rupiah tidak separah mata-mata uang negara-negara tersebut, namun tetap saja pelemahan ini bisa terus berlanjut. Kebijakan moneter Federal Reserve/The Fed yang diperkirakan masih agresif di sisa 2018, menjadi ancaman utama di depan mata. Sejak awal tahun, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali. Kebijakan tersebut berpotensi berlanjut seiring data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bagus.
Data ini akan semakin meyakinkan The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan, terutama melindungi perekonomian AS dari overheating. Bahkan survei CME The Fed Watch meyakini hal tersebut dengan tingkat keyakinan mencapai 99,8%. Situasi ini akan mendorong investor ramai-ramai memburu dolar AS. Pergerakan dolar index (menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama pada pukul 15:20 WIB, menguat 0,15%.
Belum cukup disitu, anjloknya beberapa mata uang seperti di Turki, Argentina, Brazil dan sekarang Afrika Selatan menyebabkan kondisi ekonomi global kurang kondusif. Investor ramai-ramai menarik dananya dari pasar keuangan termasuk Indonesia. Pada pukul 15:24 WIB, aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing telah mencapai Rp 780,48 miliar.
Situasi tersebut menyebabkan pelemahan rupiah semakin tidak tertahankan. Pada pukul 15:25 WIB, pelemahan rupiah mulai berlanjut ke posisi Rp 14.940/US$. Selama belum ada sentimen positif dari domestik, posisi rupiah menembus Rp 15.000/US$ bisa terjadi dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular