
'Selamatkan Rupiah Bersama, Jangan Jadi Kompor Meleduk!'
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
05 September 2018 12:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) sebagai garda terdepan penjaga stabilitas nilai tukar rupiah kini harus bekerja sendirian. Dalam jangka pendek, tak ada yang banyak bisa diperbuat pemerintah dalam membenahi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang struktural penyakitnya bagai kanker.
Dinamika global memang penyebab utamanya. Tak bisa disalahkan, dan jangan dipolitisir lebih jauh. Sebut saja Turki, Argentina, Afrika Selatan, Venezuela, India, Brasil, Sri Lanka, hingga Yaman. Kilah apa yang bisa diungkapkan ketika negara-negara tersebut juga terdampak, bahkan lebih parah dari Indonesia.
Trade War ulah Presiden Donald Trump memang menggegerkan. Jangan naif, itulah yang terjadi. Dalam negeri? Lini masa bersorak menyuarakan kampanye terselubung dengan hashtag #2019GantiPresiden ketika rupiah anjlok.
Fair, jika melihat fundamental Indonesia ini, cukup baik. Pertumbuhan ekonomi 5,27% pada Kuartal II-2018. Inflasi (amat) sangat terjaga di level yang cukup rendah 3,2% pada Agustus 2018 (year on year).
Defisit APBN 2018 masih diproyeksikan di 2,19%, cukup baik. Penerimaan Pajak dan Bea Cukai, lancar jaya. Yang jelek hanya satu, ya, defisit neraca pembayaran yang mencapai US$ 4,31 miliar. Hal ini disebabkan komponen transaksi berjalan yang melebar jadi 3% terhadap PDB.
Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 8 miliar atau 3% dari PDB pada kuartal II-2018.
Apa sebabnya? Kenaikan defisit pada neraca perdagangan migas. Defisit migas mencapai US$ 6,6 miliar naik 45% tahun lalu selama periode Januari-Juli 2018. Ini menyumbang 35% dari bengkaknya defisit transaksi berjalan.
Ketika Indonesia masih harus menerima adanya defisit transaksi berjalan, otomatis perlu pendanaan dari luar. Inilah yang menyebabkan nilai tukar terus merosot.
Dinamika global memang penyebab utamanya. Tak bisa disalahkan, dan jangan dipolitisir lebih jauh. Sebut saja Turki, Argentina, Afrika Selatan, Venezuela, India, Brasil, Sri Lanka, hingga Yaman. Kilah apa yang bisa diungkapkan ketika negara-negara tersebut juga terdampak, bahkan lebih parah dari Indonesia.
Trade War ulah Presiden Donald Trump memang menggegerkan. Jangan naif, itulah yang terjadi. Dalam negeri? Lini masa bersorak menyuarakan kampanye terselubung dengan hashtag #2019GantiPresiden ketika rupiah anjlok.
![]() |
Fair, jika melihat fundamental Indonesia ini, cukup baik. Pertumbuhan ekonomi 5,27% pada Kuartal II-2018. Inflasi (amat) sangat terjaga di level yang cukup rendah 3,2% pada Agustus 2018 (year on year).
Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 8 miliar atau 3% dari PDB pada kuartal II-2018.
Apa sebabnya? Kenaikan defisit pada neraca perdagangan migas. Defisit migas mencapai US$ 6,6 miliar naik 45% tahun lalu selama periode Januari-Juli 2018. Ini menyumbang 35% dari bengkaknya defisit transaksi berjalan.
Ketika Indonesia masih harus menerima adanya defisit transaksi berjalan, otomatis perlu pendanaan dari luar. Inilah yang menyebabkan nilai tukar terus merosot.
(NEXT)
Pages
Most Popular