Merekam Kondisi Kemarin, Rupiah Melemah Tajam di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 September 2018 10:47
Merekam Kondisi Kemarin, Rupiah Melemah Tajam di Kurs Acuan
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan melemah lumayan dalam. Rupiah yang melemah tajam pada perdagangan kemarin sepertinya baru terekam di kurs acuan hari ini. 

Pada Rabu (5/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.927. Rupiah melemah 0,59% dibandingkan hari sebelumnya. 

Pelemahan yang cukup dalam ini merekam apa yang terjadi kemarin. Pada perdagangan kemarin, rupiah melemah 0,81% dan menembus kisaran Rp 14.900/US$. Ini belum sempat terekam di kurs acuan kemarin, dan baru terefleksikan hari ini. Rupiah di kurs acuan hari ini menjadi yang terlemah sejak Jisdor diimplementasikan pada 20 Mei 2013. 



Sementara di pasar spot, rupiah sudah berbalik arah. Pada pukul 10:11 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.925 di mana rupiah menguat tipis 0,03%. 

Jika penguatan rupiah bertahan sampai penutupan pasar, maka tren koreksi selama 6 hari beruntun akan terputus. Dalam periode 6 hari penuh penderitaan itu, rupiah melemah 2,09%. Secara nominal, depresiasinya mencapai 313 poin. 

Di Asia, dolar AS bergerak variatif cenderung melemah. Sepertinya pamor dolar AS mulai pudar setelah kemarin begitu kuat di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB: 

 

Laju dolar AS terhenti setelah beberapa waktu tidak terhenti. Pada pukul 10:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah 0,11%. 

Mungkin memang sudah saatnya dolar AS menekan tombol pause. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,77%. Sedangkan selama 3 bulan ke belakang kenaikannya 1,78%, sementara 6 bulan terakhir mencapai 6,35%. 

Namun, investor bisa kembali masuk ke dolar AS jelang pengumuman data angka pengangguran Negeri Paman Sam pada akhir pekan ini. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. 

Jika realisasi angka pengangguran sesuai ekspektasi, maka The Federal Reserve/The Fed akan semakin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan pada rapat 26 September. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga menjadi 2,2,25% pada rapat tersebut mencapai 99,8%. Amat sangat hampir pasti suku bunga akan naik. 

Kenaikan suku bunga yang hampir pasti menjadi motivasi bagi investor untuk semakin memburu dolar AS, karena berharap imbalan investasi mereka akan naik. Oleh karena itu, dolar AS boleh tertekan sekarang. Namun tidak lama lagi, mata uang Negeri Adidaya akan membalas dendam. 

Rupiah juga sepertinya terbantu oleh 'gerilya' Bank Indonesia (BI) di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN). Penjagaan BI sepertinya lumayan ketat, terlihat dari kurs dolar AS yang tidak beranjak dari Rp 14.925 sejak pembukaan pasar. 

"Bank Indonesia terus melakukan stabilisasi di pasar valuta asing dan pasar obligasi negara," tegas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, beberapa waktu lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular