Jika The Fed Agresif, Yield Obligasi RI Bisa Dekati 10%

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 September 2018 19:51
The berpotensi menaikkan suku
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir dapat dipastikan ekonomi Amerika Serikat (AS) berangsur mulai pulih dan lepas dari krisis. Kondisi tersebut berpotensi memicu Bank Sentral negara tersebut atau The Federal Reserve (The Fed) lebih agresif menaikkan suku bunga acuan.

Lalu apa dampaknya jika The Fed secara agresif menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate. Tim Riset CNBC Indonesia mencoba membuat simulasi terkait dampaknya ke suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan pasar surat utang. 

Sinyal kuat The Fed akan menaikkan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR) pada akhir september ini cukup kuat, tercermin dari Survei CME Fed Watch Group yang menampilkan keyakinan pasar mencapai 98,4% terhadap probabilitas kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara 1%. 

Agresivitas The Fed tersebut bisa jadi kenyataan setelah menyikapi inflasi inti AS per Agustus 2018 yang mencapai 2% yang sesuai target. Tentu saja hal tersebut akan menjadi pertimbangan dasar untuk menetapkan kebijakan moneter dengan menaikkan bunga acuan untuk mengendalikan dampak inflasi.

Suku bunga acuan AS yang sekarang berada pada 1,875% bukan tidak mungkin dinaikkan pada September ini dan kemudian sekali lagi, masing-masing 25 bps dan secara total 50 bps. 

Terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga 25 bps, ditambah faktor perang dagang AS dengan Negeri Panda, BI harus menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate (7DRRR) tidak lama setelah suku bunga Paman Sam naik. 

Secara total sejak awal tahun, suku bunga the Fed sudah naik 50 bps yaitu pada Maret dan Mei, dan 7DRRR sudah naik 125 bps. Kenaikan 7DRRR terjadi masing-masing dua kali Mei, sekali pada Juli langsung sebesar 50 bps, dan 25 bps pada Agustus. 

Jika benar September ini FFR naik 25 bps dan dilanjutkan sekali lagi dengan kenaikan 25 bps lagi (50 bps hingga akhir 2018), maka terbuka kemungkinan suku bunga 7DRRR bisa naik 125 bps lagi menjadi 6,75% dari posisi saat ini 5,5%. 

Lantas, pasar obligasi yang sangat berkorelasi dengan tingkat suku bunga acuan tentu akan mengekor. 

Seri FR0064 yang bertenor acuan 10 tahun yang biasa dijadikan acuan karena lumrah lebih likuid dibanding seri lain, saat ini memiliki tingkat imbal hasil (yield) pada 8,32%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Posisi yield seri acuan 10 tahun itu membuat sehingga selisih (spread) dengan 7DRRR sekarang 2,82%. Dengan asumsi spread yang sama hingga akhir tahun, maka bukan tidak mungkin, yield seri acuan 10 tahun dapat dihitung sederhana dari spread ditambah yield sekarang, artinya dapat menjadi 9,57%. 

Tipis memang dengan 10%, tetapi mudah-mudahan, jika kondisi masih kurang kondusif seperti sekarang ini dan tanpa ada kejutan berarti apapun nanti, maka diharapkan yield SBN 10 tahun tidak tembus 10% di akhir tahun. 

FFR dan 7DRRRFoto: Irvin Avriano Arief
FFR dan 7DRRR


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pengamat: Era Suka Bunga Rendah, Daya Tarik SBN Masih Kuat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular