
The Fed Tak Agresif Naikkan Bunga, IHSG ke Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 September 2018 09:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menjadi bursa saham dengan performa terburuk di Asia pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,12% pada perdagangan hari ini ke level 5.974,76. Sebelumnya, bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi: indeks Nikkei naik 0,14%, indeks Kospi naik 0,08%, indeks Strait Times turun 0,05%, indeks Hang Seng turun 0,34%, sementara indeks Shanghai flat di level 2.720,72.
Sentimen positif bagi IHSG datang dari memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 3 September 2018, terdapat 65,9% kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini, turun cukup jauh dari posisi 31 Agustus 2018 yang sebesar 70,1%.
Pelaku pasar nampak ragu bahwa the Fed akan bergerak kelewat agresif kala risiko perang dagang antara AS dengan negara-negara mitra dagangnya masih mengintai.
Di sisi lain, rupiah yang masih bergerak melemah patut diwaspadai. Pada pagi ini, rupiah melemah 0,2% di pasar spot ke level Rp 14.840/dolar AS. Jika pelemahan rupiah tak bisa diredam atau malah bertambah parah, besar kemungkinan IHSG akan berbalik ke zona merah.
Krisis nilai tukar di Argentina dan Turki yang masih berlanjut merupakan salah satu faktor yang menekan pergerakan rupiah. Pada perdagangan kemarin (3/9/2018), peso melemah 2,58% melawan dolar AS di pasar spot, sementara lira melemah 1,75%.
Langkah pengetatan anggaran yang ditempuh oleh Presiden Argentina Mauricio Macri tak juga berhasil meredam pelemahan peso. Kemarin, Macri beserta dengan Menteri Keuangan Nicolas Dujovne mengumumkan kenaikan tarif pajak ekspor dan pemangkasan jumlah kementerian demi menyeimbangkan keuangan negara tahun depan.
Langkah itu diambil saat Macri berupaya mendapatkan persetujuan International Monetary Fund (IMF) untuk mempercepat pencairan program pinjaman senilai US$ 50 miliar (Rp 742,3 triliun). Dujovne akan berbicara dengan pejabat senior IMF di Washington pada hari ini untuk mendiskusikan percepatan penyaluran pinjaman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Pertemuan The Fed Direspons Positif, IHSG ke Zona Hijau
Sentimen positif bagi IHSG datang dari memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 3 September 2018, terdapat 65,9% kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini, turun cukup jauh dari posisi 31 Agustus 2018 yang sebesar 70,1%.
Pelaku pasar nampak ragu bahwa the Fed akan bergerak kelewat agresif kala risiko perang dagang antara AS dengan negara-negara mitra dagangnya masih mengintai.
Krisis nilai tukar di Argentina dan Turki yang masih berlanjut merupakan salah satu faktor yang menekan pergerakan rupiah. Pada perdagangan kemarin (3/9/2018), peso melemah 2,58% melawan dolar AS di pasar spot, sementara lira melemah 1,75%.
Langkah pengetatan anggaran yang ditempuh oleh Presiden Argentina Mauricio Macri tak juga berhasil meredam pelemahan peso. Kemarin, Macri beserta dengan Menteri Keuangan Nicolas Dujovne mengumumkan kenaikan tarif pajak ekspor dan pemangkasan jumlah kementerian demi menyeimbangkan keuangan negara tahun depan.
Langkah itu diambil saat Macri berupaya mendapatkan persetujuan International Monetary Fund (IMF) untuk mempercepat pencairan program pinjaman senilai US$ 50 miliar (Rp 742,3 triliun). Dujovne akan berbicara dengan pejabat senior IMF di Washington pada hari ini untuk mendiskusikan percepatan penyaluran pinjaman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Pertemuan The Fed Direspons Positif, IHSG ke Zona Hijau
Most Popular