Rupiah Cs di Asia Belum Mampu Tandingi Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 September 2018 08:36
Rupiah Cs di Asia Belum Mampu Tandingi Dolar AS
Ilustrasi Uang (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah pada perdagangan pagi ini. Namun sejauh ini depresiasi rupiah jauh menipis. 

Pada Selasa (4/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.815 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 


Selepas pembukaan, rupiah masih melemah. Pada pukul 08:28 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.820 di mana rupiah melemah 0,17%. Sampai saat ini, depresiasi rupiah lebih baik ketimbang kemarin. 

Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup melemah 0,58%. Rupiah jadi mata uang dengan depresiasi paling dalam di antara mata uang utama Asia.


Namun tidak seperti kemarin, pagi ini rupiah bergerak searah dengan mata uang Benua Kuning. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:15 WIB: 

 

Memang masih agak sulit menandingi dolar AS. Pada pukul 08:17 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,08%. 

Tensi perang dagang yang masih tinggi menjadi penopang penguatan mata uang Negeri Paman Sam. Akhir pekan lalu, pembicaraan dagang AS-Kanada belum menelurkan hasil. Akibatnya, kepingan terakhir dari puzzle Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) belum terpasang. Sebelumnya, AS-Meksiko sudah mencapai kesepahaman. 

Buntunya perundingan AS-Kanada membuat Presiden AS Donald Trump bersikap galak terhadap tetangganya itu. Trump mengancam akan melanjutkan NAFTA tanpa keikutsertaan Kanada. 

"Tidak ada kebutuhan untuk menyertakan Kanada dalam kesepakatan NAFTA yang baru. Jika kami tidak mendapatkan kesepakatan yang adil, maka Kanada akan keluar," tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu. 

Trump pernah melontarkan ancaman bakal mengenakan bea masuk bagi impor mobil asal Kanada bila tidak ada kesepakatan. Saat ini, ancaman itu memang belum terbukti tetapi bisa jadi akan terwujud bila tidak ada perkembangan berarti. 

Hal ini membuat pelaku pasar masih ketar-ketir. Perang dagang adalah isu besar yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Wajar bila pelaku pasar khawatir, sebab pertumbuhan ekonomi global menjadi taruhannya. 

Selain itu, tekanan terhadap mata uang negara berkembang (termasuk di Asia) masih berlanjut menyusul tekanan yang dialami Argentina. Pada perdagangan kemarin, mata uang peso Argentina melemah 2,58% terhadap greenback


Apa yang terjadi di Argentina membuat pelaku pasar mengalihkan pandangan kepada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Jika situasi di Argentina memburuk, bisa jadi investor masih akan enggan masuk ke negara berkembang karena tidak mau mengambil risiko. 

Apabila investor masih cenderung bermain aman, maka rupiah dalam bahaya. Koreksi lebih lanjut sudah menanti karena seretnya aliran modal masuk. 

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular