Arab Cs Pusing, Permintaan Minyak China Lesu

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 September 2018 21:07
Permintaan minyak china diperkirakan turun karena
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko penurunan permintaan minyak China lebih mengkhawatirkan bagi para pejabat Timur Tengah dibandingkan pembatasan pasokan Iran karena sanksi AS.

Menteri Migas Bahrain dan Oman, pada Senin (3/9/2018) mengatakan kepada CNBC bahwa penurunan permintaan minyak China disebabkan karena sengketa perdagangannya dengan AS, yang telah menjatuhkan tarif pada berbagai impor China.

"Saya pikir ada risiko di sisi permintaan," kata Menteri Perminyakan Bahrain Sheikh Mohammed bin Khalifa Al Khalifa kepada Hadley Gamble dari CNBC di Muscat, Oman. "Apakah permintaan akan berlanjut sekuat itu?"

"Jelas masalah perdagangan akan berdampak pada permintaan dengan cara negatif jika itu terus berlanjut. Dolar juga akan kuat, yang merupakan faktor lain."

Harga minyak telah stabil selama dua tahun terakhir, yang didorong oleh kesepakatan antara OPEC dan produsen minyak non-OPEC, termasuk Bahrain dan Oman, untuk mengekang produksi minyak.

Kesepakatan itu telah berhasil membuat harga minyak naik ke harga sekarang yang sekitar US$70 sampai US$80 per barel.

Namun, kesepakatan itu mendapat kecaman dari Presiden Donald Trump, yang pada bulan Juli mengatakan bahwa harga minyak yang lebih tinggi dapat memukul konsumen terlalu keras. OPEC dan Rusia, produsen terbesar di dunia, berjanji untuk meningkatkan pasokan beberapa hari setelahnya.

Meskipun demikian, keputusan Trump mempengaruhi stabilitas pasar minyak juga. Keputusan untuk menerapkan kembali sanksi terhadap produsen minyak utama OPEC, Iran, dapat mendorong harga lebih tinggi karena kontribusi Iran terhadap pasokan minyak global dibatasi. Pembatasan itu akan berlaku pada bulan November.

Namun, serangan Trump terhadap impor China yang murah, dan keputusannya untuk mengenakan tarif perdagangan atas berbagai macam barang China yang masuk ke AS, dapat merusak pertumbuhan ekonomi China dan pada gilirannya akan menurunkan permintaannya akan minyak.

Menteri perminyakan Oman mengatakan tidak banyak yang memperhatikan efek samping dari perang dagang terhadap penurunan permintaan minyak China.

"Ada bahaya bahwa permintaan akan terpengaruh juga. Orang sering fokus pada sisi pasokan, apa yang terjadi jika Iran berhenti memasok, tetapi bukan pada apa yang terjadi jika China mengurangi konsumsinya? Jadi kami melihat kedua sisi dari diskusi ini," kata Mohammed bin Hamad Al Rumhy kepada CNBC Hadley Gamble, Senin.

"Saya melihat itu sebagai kemungkinan juga. Jika ada perselisihan perdagangan yang serius antara AS dan China, maka konsumsi energi China akan terkena dampak negatif, menurut sudut pandang kami, dan kemampuan untuk memproduksi dan mengekspor akan terdampak," katanya di Kongres Minyak Berat Dunia.

"Dan saya pikir, dan banyak orang setuju dengan saya, bahwa permintaan akan terpengaruh, jadi itu tidak baik bagi kami."

China melampaui AS untuk menjadi importir minyak mentah terbesar dunia pada 2017, mengimpor 8,4 juta barel per hari (bpd), dibandingkan dengan 7,9 juta bpd untuk AS, menurut Administrasi Informasi Energi AS.

Pada 2017, 56% impor minyak mentah China berasal dari negara-negara di dalam OPEC. Angka itu turun dari rekor tertinggi yang sebesar 67% pada 2012, tetapi masih menjadikannya pasar yang signifikan bagi OPEC dan anggota Timur Tengahnya.

Bahkan, Rusia melampaui Arab Saudi sebagai sumber minyak mentah asing terbesar di China pada tahun 2016, mengekspor 1,2 juta bpd ke China pada 2017 dibandingkan dengan 1 juta bpd dari Arab Saudi.

Dalam hal permintaan baru-baru ini, impor minyak mentah China sedikit pulih pada bulan Juli setelah sempat jatuh untuk dua bulan sebelumnya, menurut Reuters.

Namun impor masih termasuk yang terendah tahun ini karena penurunan permintaan dari kilang-kilang independen yang lebih kecil di negara itu. Oman adalah pemasok utama minyak ke China, di mana negara adikuasa Asia itu membeli hampir 90% ekspornya pada 2017, menurut kantor berita itu.

(hps/hps) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular