Rupiah Sentuh Rp 14.700/US$, Risiko Krisis Harus Diantisipasi

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
31 August 2018 12:23
Nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat (AS) kembali tertekan dan menembus level psikologis baru.
Foto: Ilustrasi Rupiah-Dolar AS (Aristya Rahadian Krisabella)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat (AS) kembali tertekan dan menembus level psikologis baru. Rupiah hari ini, Jumat (31/8/2018) tercatat sudah di atas level Rp 14.700/US$.

Bahkan secara historikal, posisi nilai tukar saat ini merupakan level terlemah sejak Juli 1998, ketika Indonesia mengalami periode krisis moneter yang bertransformasi menjadi guncangan sosial politik.

Project Consultant ADB Institute Eric Sugandi mengatakan, meski angka terlemah sejak 1998, ia menilai saat ini Indonesia masih belum masuk ke periode krisis. Meski demikian, tekanan yang terus terjadi harus menjadi fokus utama pemerintah agar bisa kembali ke dalam fundalmentalnya. Karena jika kondisi sekarang terus berlanjut atau rupiah semakin anjlok maka bisa terjadi kondisi yang buruk.

"Saat ini masih belum krisis, tapi sebaiknya pemerintah dan BI sudah mengantisipasi risiko krisis. Misalnya dengan lakukan stress test untuk lihat skenario terburuk pelemahan rupiah dan dampaknya pada ekonomi Indonesia," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Rupiah Sentuh Rp 14.700/US$, Risiko Krisis Harus DiantisipasiFoto: Ilustrasi Penukaran Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dia mencontohkan skenario terburuk yang harus dilihat pemerintah, misalnya pelemahan rupiah sebabkan kenaikan tajam inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian maka pemerintah bisa melihat langkah yang lebih efektif dalam penyelamatan rupiah.

Apalagi posisi defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 yang melebar menjadi sebesar 3,04% terhadap PDB atau nilainya US$ 8 miliar dan lebih tinggi dari periode kuartal I-2018 yang mencapai US$ 5,7 miliar.

"Walau cadangan devisa masih cukup banyak untuk jaga volatilitas rupiah, tapi BI dan pemerintah mesti waspada karena fundamental Indonesia melemah dari sisi balance of payment khususnya karena current account deficit (CAD) yang membesar," imbuhnya.

"Rupiah juga rentan terhadap capital outflows karena porsi asing yang signifikan di SBN dan bursa saham, dan juga karena likuiditas valas yang mengetat dan terkonsentrasi di beberapa bank-bank besar saja di dalam sistem perbankan Indonesia."

Dia menjelaskan, meskipun pelemahan kali ini dominan karena faktor global seperti kemungkinan rencana kenaikan suku bunga The Fed dua kali lagi dan perang dagang serta krisis di negara-negara emerging market, tapi pemerintah dan BI harus waspad karena rupiah sangat rentan terhadap semua itu.

"Daya topang fundamen ekonomi Indonesia terhadap rupiah yang melemah mesti jadi perhatian."
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular