Perang Dagang AS-China Makin Parah, Bursa Saham Asia Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 August 2018 09:05
Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah untuk mengawali hari ini.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah untuk mengawali hari ini: indeks Nikkei turun 0,6%, Indeks Shanghai turun 0,28%, indeks Hang Seng turun 1,3%, indeks Strait Times turun 0,79%, dan indeks Kospi turun 0,4%

Pada perdagangan hari ini, investor dibuat panik menyusul kemungkinan segera dimulainya ronde 3 perang dagang antara AS melawan China. Mengutip Reuters, beberapa orang sumber mengatakan Presiden AS Donald Trump akan mengenakan bea masuk baru terhadap barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar pekan depan, segera setelah tahapan dengar pendapat berakhir.

Sebagai informasi, fase dengar pendapat atas kebijakan ini sudah dimulai pada 20 Agustus silam dan dijadwalkan berakhir pada 6 September. Setelah dengar pendapat selesai, Trump dikabarkan akan langsung mengeksekusinya.

Sejauh ini, AS sudah 2 kali mengenakan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China dan keduanya sudah dibalas oleh Negeri Panda. Jika AS kembali menerapkan bea masuk baru, seragan balasan dari Beijing sepertinya menjadi tak terelakkan.

Selain itu, krisis nilai tukar di Argentina yang masih berlanjut juga membuat investor menahan diri untuk masuk ke pasar saham. Pada perdagangan kemarin (30/8/2018), peso melemah hingga 12% melawan dolar AS di pasar spot.

Langkah bank sentral Argentina yang mendorong naik tingkat suku bunga acuan menjadi 60% dari yang sebelumnya 45% terbukti tidak ampuh untuk meredam pelemahan nilai tukar. Mengutip Reuters, para ekonom memang sudah lama menyuarakan pendapatnya bahwa nilai tukar peso sudah overvalue. Kini, normalisasi yang dilakukan oleh the Federal Reserve dan fundamental perekonomian yang memang tidak sehat membuat peso benar-benar tak berkutik melawan greenback.

Saat peso melemah signifikan, ada kekhawatiran utang luar negeri Argentina akan membengkak dan meningkatkan risiko gagal bayar. Per akhir Maret 2018 utang luar negeri Argentina tercatat sebesar US$ 253,74 miliar, naik 27,59% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Di sisi lain, sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis data manufacturing PMI China periode Agustus yang diumumkan di level 51,3 oleh National Bureau of Statistics of China (NBS), mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 51. Capaian ini juga lebih tinggi dibandingkan angka bulan Juli yang sebesar 51,2.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article AS-China Makin Panas, Bursa Asia Kian Terjebak di Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular