
Internasional
Sanksi AS akan Berlaku, Mata Uang Rusia Melemah 0,24%
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
30 August 2018 20:13

Moscow, CNBC Indonesia - Mata uang Rusia, ruble melemah pada Kamis (30/8/2018) dampak dari kondisi geopolitik dan kekhawatiran akan disrupsi pasar negara berkembang pada aset berisiko.
(roy) Next Article Update: Virus Corona Tewaskan 1.523 Orang, 66.920 Terinfeksi
Pada 14:54 WIB, setelah mencapai 69,01, rubel turun 0,24% menjadi 68,10/US$. Nilai rubel pekan lalu mencetak nilai terlemah sejak April 2016.
Rubel kehilangan 0,1% terhadap mata uang Uni Eropa menjadi 79,67/euro, tetap di bawah tekanan meskipun bank sentral menghentikan pembelian harian mata uang asing pekan lalu.
"Masalah yang cukup besar pada premi geopolitik dan penjualan global mata uang negara-negara berkembang," kata analis di BCS brokerage, dilansir dari Reuters.
Minyak mentah yang merupakan ekspor utama Rusia, mengalami kenaikan harga karena persediaan minyak mentah AS menurun. Minyak mentah Brent LCOc1 adalah patokan global untuk minyak mentah, naik 0,38% menjadi US$77,43 (Rp 1,140 juta) per barel.
Meningkatnya harga minyak adalah salah satu alasan melemahnya rubel, kata analis di VTB. "Tetapi sentimen tetap rentan terhadap geopolitik dan sanksi berbicara," kata para analis.
Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia yang berkaitan dengan serangan pada mantan agen Rusia di Inggris, akan diterapkan pada hari Senin dan putaran kedua dapat dikenakan setelah 90 hari.
Senator AS juga menyiapkan rancangan undang-undang yang mencakup pembatasan investasi dalam utang baru negara Rusia dan melarang beberapa bank Rusia yang dikelola negara untuk beroperasi di AS.
Indeks saham Rusia naik pada Indeks RTS dalam denominasi dolar. IRTS naik 0,33% menjadi 1.088,71 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel, IMOEX adalah 0,23% lebih tinggi pada 2,353.47 poin. Mencetak nilai tertinggi sejak 10 Juli.
"Latar belakang eksternal yang menguntungkan, ditambah dengan devaluasi berkelanjutan dari rubel, yang membantu eksportir untuk mendapatkan keuntungan, dan memungkinkan indeks untuk fokus pada sejarah tertinggi yang baru," kata analis di BCS.
Rubel kehilangan 0,1% terhadap mata uang Uni Eropa menjadi 79,67/euro, tetap di bawah tekanan meskipun bank sentral menghentikan pembelian harian mata uang asing pekan lalu.
Meningkatnya harga minyak adalah salah satu alasan melemahnya rubel, kata analis di VTB. "Tetapi sentimen tetap rentan terhadap geopolitik dan sanksi berbicara," kata para analis.
Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia yang berkaitan dengan serangan pada mantan agen Rusia di Inggris, akan diterapkan pada hari Senin dan putaran kedua dapat dikenakan setelah 90 hari.
Senator AS juga menyiapkan rancangan undang-undang yang mencakup pembatasan investasi dalam utang baru negara Rusia dan melarang beberapa bank Rusia yang dikelola negara untuk beroperasi di AS.
Indeks saham Rusia naik pada Indeks RTS dalam denominasi dolar. IRTS naik 0,33% menjadi 1.088,71 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel, IMOEX adalah 0,23% lebih tinggi pada 2,353.47 poin. Mencetak nilai tertinggi sejak 10 Juli.
"Latar belakang eksternal yang menguntungkan, ditambah dengan devaluasi berkelanjutan dari rubel, yang membantu eksportir untuk mendapatkan keuntungan, dan memungkinkan indeks untuk fokus pada sejarah tertinggi yang baru," kata analis di BCS.
(roy) Next Article Update: Virus Corona Tewaskan 1.523 Orang, 66.920 Terinfeksi
Most Popular