
Selamatkan Rupiah, Tahan Impor Barang Konsumsi Sudah Tepat
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
30 August 2018 20:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) bahkan memproyeksikan rupiah akan berada pada level Rp 14.635 per US$.
Untuk menyelamatkan rupiah, pemerintah sedang berupaya untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). CAD yang masih saja defisit selama ini membuat nilai tukar rupiah rentan terhadap tekanan eksternal.
Pemerintah telah melakukan banyak kebijakan mulai dari penerapan biodisel B20 hingga yang terbaru adalah menambahkan daftar barang konsumsi yang bakal dikenakan tarif pajak penghasilan (PPh) impor.
Setidaknya ada sekitar 900 barang konsumsi impor yang akan dikenakan tarif PPh 22 impor dengan tarif beragam mulai dari 2,5%, 7,5% hingga 10%.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah memang sah-sah saja dan akan baik dalam penyelamatan rupiah. Selain itu, pengurangan impor barang konsumsi tersebut bukan untuk barang utama sehingga tidak akan membuat masyarakat khawatir. Sebab, yang dikurangi adalah barang yang bisa diproduksi di dalam negeri.
"Itu (900 Komoditas) bukan dibilang tidak boleh atau dilarang (impor) tapi yang dilakukan pemerintah adalah upaya untuk kurangi impor barang konsumsi yang tidak esensial," ujar Anton di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Kemudian, dia menilai pengenaan tarif yang akan diberikan pemerintah tidak akan membuat pasar global bergejolak atau marah. Sebab, yang dikenakan pemerintah adalah PPh impor dan bukan bea masuk.
"Ini hanya announcement effect agar impor konsumsi lebih rendah," kata dia.
(miq/miq) Next Article Cadev Bertambah, Tapi CAD masih Terjadi
Untuk menyelamatkan rupiah, pemerintah sedang berupaya untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). CAD yang masih saja defisit selama ini membuat nilai tukar rupiah rentan terhadap tekanan eksternal.
Pemerintah telah melakukan banyak kebijakan mulai dari penerapan biodisel B20 hingga yang terbaru adalah menambahkan daftar barang konsumsi yang bakal dikenakan tarif pajak penghasilan (PPh) impor.
"Itu (900 Komoditas) bukan dibilang tidak boleh atau dilarang (impor) tapi yang dilakukan pemerintah adalah upaya untuk kurangi impor barang konsumsi yang tidak esensial," ujar Anton di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Kemudian, dia menilai pengenaan tarif yang akan diberikan pemerintah tidak akan membuat pasar global bergejolak atau marah. Sebab, yang dikenakan pemerintah adalah PPh impor dan bukan bea masuk.
"Ini hanya announcement effect agar impor konsumsi lebih rendah," kata dia.
Lebih lanjut, Anton menilai barang konsumsi sangat cepat masuk ke Indonoesia dibandingan bahan baku untuk infrastruktur. Jadi hal itu akan sedikit efektif membantu rupiah.
![]() |
(miq/miq) Next Article Cadev Bertambah, Tapi CAD masih Terjadi
Most Popular