Berkah dan Musibah di Balik Keoknya Rupiah Lawan Yuan
Alfado Agustio & Arif Gunawan,
CNBC Indonesia
30 August 2018 15:04
Jakarta, CNBC Indonesia - Empat tahun sudah Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden di Indonesia. Selama periode tersebut hubungan ekonomi antara Indonesia dan China semakin mesra, yang sayangnya belum menguntungkan Indonesia dari sisi perdagangan.
Kuatnya hubungan Indonesia dan China terlihat dari sisi investasi, di mana Negeri Panda tersebut menurut catatan Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM) selalu berada di posisi lima besar penanam modal di Indonesia dengan angka investasi di atas US$ 700 juta per tahun.
Dalam tiga tahun terakhir sejak Jokowi menjabat, nilai perdagangan non-migas kedua negara juga terus menunjukkan kenaikan mulai dari US$42,46 miliar (2015), ke US$45,77 miliar (2016), hingga kemudian menyentuh titik tertingginya ke US$56,83 miliar pada tahun lalu.
Namun, hubungan perdagangan yang meningkat tersebut justru memberikan kemudharatan bagi Indonesia karena dalam periode tersebut, Indonesia selalu mengalami defisit perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu.
Kondisi ini merugikan Indonesia terutama dari sisi penerimaan devisa sehingga secara fundamental memperkecil pasokan cadangan devisa yang ke depannya bisa digunakan untuk memperkuat nilai tukar mata uang Garuda.
NEXT
Kuatnya hubungan Indonesia dan China terlihat dari sisi investasi, di mana Negeri Panda tersebut menurut catatan Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM) selalu berada di posisi lima besar penanam modal di Indonesia dengan angka investasi di atas US$ 700 juta per tahun.
Sumber: BKPM |
Sumber: Reuters |
Sumber: Reuters |
NEXT
Next Page
Wisata dan Kuliah di China Semakin Mahal
Sumber: BKPM
Sumber: Reuters
Sumber: Reuters
Sumber: Reuters
Sumber: Reuters
Sumber: Reuters