Berkah dan Musibah di Balik Keoknya Rupiah Lawan Yuan

Alfado Agustio & Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 August 2018 15:04
Peluang Devisa Wisata, Terus Permudah Iklim Usaha
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Namun secara bersamaan, pelemahan rupiah di atas kertas membuat biaya perjalanan di Indonesia bagi warga negara China menjadi lebih murah sehingga berpeluang menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air.

Pemerintah memperkirakan pertumbuhan wisatawan China ke Indonesia tahun ini akan meningkat sebesar 50% menjadi tiga juta orang, setelah negara berpopulasi terpadat di Asia ini pada tahun lalu mengirim nyaris 2 juta orang wisatawan ke Indonesia.

Selain China, angka kunjungan wisatawan terbesar ke Indonesia adalah Singapura sebanyak 1,5 juta wisatawan, Malaysia 1,4 juta orang, Australia 1,3 juta, Jepang 500.000, serta India dan Korea Selatan masing-masing 450.000 orang.  

Di tengah “berkah” tersebut, yang tidak boleh dilupakan adalah upaya menggenjot sektor manufaktur di Indonesia yang masih lambat sehingga ekspor Indonesia ke China dan ke negara lain masih belum kompetitif.

Indikasi kekalahan manufaktur Indonesia terhadap China bisa dilihat dari dua indikator. Pertama, indeks purchasing manager index (PMI) sepanjang 2015-2018 menunjukkan perkembangan manufaktur di China selalu mengungguli Indonesia.
Berikut Berkah dan Musibah di Balik Keoknya Rupiah Lawan YuanSumber: Reuters
Kedua, kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga masih kalah. Data Bank Dunia per 2017 menunjukkan kontribusi sektor manufaktur China selalu mengungguli Indonesia.  
Berikut Berkah dan Musibah di Balik Keoknya Rupiah Lawan YuanSumber: Reuters
Lantas, apa yang harus dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ekspor? Jawabannya tidak lain adalah industrialisasi. Saat ini pemerintah mengenjot pembangunan infrastruktur untuk mengejar pembangunan sembari mengurangi rantai birokrasi dan perizinan.  

Semoga saja upaya tersebut benar-benar terimplementasi di lapangan, terutama di tengah tekanan rupiah yang saat ini berada di tingkat yang cukup dalam hingga menekan ambisi infrastruktur pemerintah.  

Tidak selamanya Bank Indonesia (BI) bisa menahan rupiah dengan intervensi di pasar, sehingga pemerintah harus mengatasi pelemahan rupiah dari sisi fundamental dengan implementasi kebijakan fiskal dan teknis yang tepat.

Tatkala depresiasi kurs mengganggu ambisi infrastruktur, proyek listrik, ada satu program yang tidak banyak terganggu, yakni pemangkasan birokrasi dan insentif pajak.
Karenanya, kejar terus penciptaan kemudahan bisnis, jangan kasih kendor!    

TIM RISET CNBC INDONESIA     

(ags/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular