Jakarta, CNBC Indonesia - Empat tahun sudah Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden di Indonesia. Selama periode tersebut hubungan ekonomi antara Indonesia dan China semakin mesra, yang sayangnya belum menguntungkan Indonesia dari sisi perdagangan.
Kuatnya hubungan Indonesia dan China terlihat dari sisi investasi, di mana Negeri Panda tersebut menurut catatan Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM) selalu berada di posisi lima besar penanam modal di Indonesia dengan angka investasi di atas US$ 700 juta per tahun.
 Sumber: BKPM |
Dalam tiga tahun terakhir sejak Jokowi menjabat, nilai perdagangan non-migas kedua negara juga terus menunjukkan kenaikan mulai dari US$42,46 miliar (2015), ke US$45,77 miliar (2016), hingga kemudian menyentuh titik tertingginya ke US$56,83 miliar pada tahun lalu.
 Sumber: Reuters |
Namun, hubungan perdagangan yang meningkat tersebut justru memberikan kemudharatan bagi Indonesia karena dalam periode tersebut, Indonesia selalu mengalami defisit perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu.  Sumber: Reuters |
Kondisi ini merugikan Indonesia terutama dari sisi penerimaan devisa sehingga secara fundamental memperkecil pasokan cadangan devisa yang ke depannya bisa digunakan untuk memperkuat nilai tukar mata uang Garuda.
NEXT
Di tengah defisit neraca perdagangan demikian, tidak mengherankan jika rupiah terhitung keok terhadap mata yang China tersebut sebesar 9,33% terhitung sejak awal Presiden Jokowi dilantik pada 20 Oktober 2014 sampai dengan sekarang.
 Sumber: Reuters |
Dampak riil depresiasi rupiah terhadap yuan yang bisa dirasakan masyarakat adalah kenaikan biaya untuk mengunjungi negara tersebut, baik untuk kepentingan wisata maupun pendidikan.Terutama, bagi mereka yang penghasilannya dalam rupiah. Ketika rupiah melemah, anda bakal membutuhkan biaya yang lebih banyak jika ingin berwisata ke Negeri Tirai Bambu. Misalnya dari biaya makan, dibutuhkan sekitar CNY 20 sampai CNY 35 untuk sekali bersantap. Dengan posisi saat ini CNY 1= Rp 2.147, maka biaya yang anda butuhkan sekitar Rp 40.000-Rp 50.000 sekali makan. Bandingan dengan posisi di awal tahun 2017, dimana CNY 1 masih di bawah Rp 2.000. Maka biaya yang ada butuhkan masih lebih murah. Selain itu, bagi mahasiswa yang ingin berkuliah di China, nilai yang dikeluarkan untuk membayar akomodasi pun menjadi lebih tinggi. Data Beijing Language and Culture Institute (BLCI) menyebutkan jumlah mahasiswa Indonesia di China masuk ke posisi 10 besar. Adanya universitas berkelas seperti Peking Unversity dan Tsinghua University menjadi daya tarik bagi mahasiswa Indonesia. Biaya kuliah untuk sekelas sarjana membutuhkan biaya sekitar CNY 10.000-CNY 43.000 per tahun. Untuk pasca sarjana, dananya mencapai CNY 50.000 per tahunnya. Bagi perusahaan, eksposur yuan terhadap portofolio utang mereka masih sedikit sehingga secara umum efeknya pun tidak terlampau besar. Sekalipun ada kreditor China yang meminjamkan dana ke perusahaan nasional, mereka umumnya menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
NEXT
Namun secara bersamaan, pelemahan rupiah di atas kertas membuat biaya perjalanan di Indonesia bagi warga negara China menjadi lebih murah sehingga berpeluang menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan wisatawan China ke Indonesia tahun ini akan meningkat sebesar 50% menjadi tiga juta orang, setelah negara berpopulasi terpadat di Asia ini pada tahun lalu mengirim nyaris 2 juta orang wisatawan ke Indonesia.
Selain China, angka kunjungan wisatawan terbesar ke Indonesia adalah Singapura sebanyak 1,5 juta wisatawan, Malaysia 1,4 juta orang, Australia 1,3 juta, Jepang 500.000, serta India dan Korea Selatan masing-masing 450.000 orang. Di tengah “berkah” tersebut, yang tidak boleh dilupakan adalah upaya menggenjot sektor manufaktur di Indonesia yang masih lambat sehingga ekspor Indonesia ke China dan ke negara lain masih belum kompetitif. Indikasi kekalahan manufaktur Indonesia terhadap China bisa dilihat dari dua indikator.
Pertama, indeks
purchasing manager index (PMI) sepanjang 2015-2018 menunjukkan perkembangan manufaktur di China selalu mengungguli Indonesia.
 Sumber: Reuters |
Kedua, kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga masih kalah. Data Bank Dunia per 2017 menunjukkan kontribusi sektor manufaktur China selalu mengungguli Indonesia.  Sumber: Reuters |
Lantas, apa yang harus dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ekspor? Jawabannya tidak lain adalah industrialisasi. Saat ini pemerintah mengenjot pembangunan infrastruktur untuk mengejar pembangunan sembari mengurangi rantai birokrasi dan perizinan. Semoga saja upaya tersebut benar-benar terimplementasi di lapangan, terutama di tengah tekanan rupiah yang saat ini berada di tingkat yang cukup dalam hingga menekan ambisi infrastruktur pemerintah. Tidak selamanya Bank Indonesia (BI) bisa menahan rupiah dengan intervensi di pasar, sehingga pemerintah harus mengatasi pelemahan rupiah dari sisi fundamental dengan implementasi kebijakan fiskal dan teknis yang tepat.
Tatkala depresiasi kurs mengganggu ambisi infrastruktur, proyek listrik, ada satu program yang tidak banyak terganggu, yakni pemangkasan birokrasi dan insentif pajak. Karenanya, kejar terus penciptaan kemudahan bisnis, jangan kasih kendor! TIM RISET CNBC INDONESIA